Wednesday, January 19, 2011

29. MENGAKUI TUHAN DENGAN HATI YANG MENCINTAI


Kamis, 20 Januari 2011

Minggu Biasa II Masa Biasa

Bacaan: Ibr. 7,25 - 8,6 dan Mk. 3, 7-12

Sebelum menulis renungan ini, kami sempat berbincang tentang berbagai kisah ganjil dan menyeramkan tentang praktek magic yang ditemui secara kasat mata di berbagai kampung dan desa di Flores. Pertanyaan yang diajukan secara santai ialah, "Apakah orang bisa membuktikan dan mengatakan bahwa yang mempraktikan magic itu sungguh bisa dibuktikan? Dan bagaimana membuktikannya? Pertanyaan lanjutannya ialah, "bagaimana mungkin mereka yang ditengarai sebagai pengguna magic ini, justru adalah orang-orang yang kelihatannya 'sangat beragama' karena rajin misa, ke Gereja, dsbnya?

Injil hari ini bicara tentang banyak sekali orang yang mengikuti Yesus dan mengagumi Dia karena berbagai tanda heran yang dilakukanNya. Saking banyaknya, Yesus harus menggunakan perahu untuk jadi tempat duduk, agar Ia tak terhimpit banyak orang itu. Bahkan dicatat bahwa setan dan roh jahatpun mengakui Yesus sebagai Putra Allah.

Dan ini yang menarik, tapi juga kontradiktif. Soal menyebut nama Yesus, soal rajin praktek agama, ke gereja bahkan mengakui Yesus sebagai Tuhan, bukan hanya oleh orang yang sungguh beriman tetapi juga oleh mereka yang mempraktekan kejahatan sebagaimana disinggung dalam perbincangan kami di atas.

Lalu bagaimana seharusnya menghidupkan iman yang diminta Yesus dalam ajaranNya?

Saya kira pengakuan iman akan Yesus, berdoa dan beribadat bukanlah yang terpenting dalam menghidupkan iman. Tetapi yang terpenting ialah bagaimana menghidupkannya dalam hati yang sungguh mencintai. Persis inilah letak soal praktek kejahatan dalam masyarakat. Kita tak pentingkan hati yang sungguh mengasihi, hati yang menghargai hidup, tetapi lebih pentingkan praktek agama yang mengundang decak kagum orang.

Yesus minta murid-muridNya untuk mencintai. Itulah tanda pengenal kita. Itulah bukti paling kasat mata bahwa kita beriman.

Mari kita mencintai dan memelihara hidup: hidup kita sendiri, hidup orang lain, hidup orang yang menjadi musuh kita. Yesus memberikan nyawaNya agar kita hidup.

Tuhan, Semoga kami menjadi penyembah kehidupan dan bukannya promotor kematian. Amin.

Copyright @ Ledalero, 19 Januari 2011, by Anselm Meo SVD


No comments:

Post a Comment