Saturday, November 27, 2010

12. ADVENT : MARI KITA KE GUNUNG TUHAN

Minggu, 28 Nopember 2010

TAHUN A , Minggu I Masa Adven

Bacaan, Yes 2: 1-5, Rom 13: 11-14a, Mat 24: 37-44

Dia yang akan datang, datang bagai cahaya

Cahaya itu kini menjadi tanda suar

Tanda suar, terang yang menunjuk jalan bagi peziarah

Peziarah dari segala bangsa dan bahasa

Bahasa untuk memuliakan Raja Damai

Damai yang dirindukan para bangsa

Dan para bangsa didamaikan di Gunung, KerajaanNya

Ini sebuah seruan untuk memasuki Advent. Hari ini kita memasuki kalender liturgi yang baru: Masa Advent. Adventus berarti menanti, menunggu. Saat menanti selalu diwarnai dengan sikap gusar, tertekan, gelisah, cemas, harap, sabar, siap siaga. Kita berjaga-jaga karena keselamatan sudah dekat. Yesaya melukiskan keselamatan itu sebagai sebuah ziarah, berjalan ke Gunung Tuhan. Satu perjalanan untuk bersatu bersama di gunung Tuhan, rumah Allah Yakub. Berjagaa-jaga berarti berziarah ke gunung Tuhan.

Tapi mengapa mesti gunung dan bukan lembah? Gunung memang menjulang tinggi. Gunung adalah simbol kehadiran Allah yang menyelamatkan. Di Gunung Horeb, Musa bertemu dengan Allah. Allah berfirman kepada Musa, ” Naiklah menghadap Aku ke atas Gunung, maka Aku akan memberikan kepadamu loh batu” (Kel 24: 12). Di Gunung Sinai, Musa menerima dua loh batu. Mazmur menulis: Ya Tuhan Gunungku danpenebusku (Mzr 19: 15), hanya Dia, Allah gunungku dan keselamtanku (Msr 62: 3.7). Petrus, Yakobus dan Yohanes dimuliakan bersama Yesus. Mengapa mesti gunung? Yesaya mengajak kita, ”Mari kita ke Gunung Tuhan”. Gunung adalah tempat kediaman Allah Yakub. Di sana, di rumah Allah Yakub, kita diajar tentang jalan Tuhan, jalan untuk mencapai keselamatan. Jalan menuju ke Dia, Hakim yang adil, dan wasit yang jujur.

Bagaimanakah bentuk jalan Tuhan yang menyelamatkan itu? Di jalan Tuhan ada cahaya, ada terang. Terang berfungsi mengusir dan membakar segala kegelapan manusia. Gelap adalah situasi yang mencekam, yang menakutkan, situasi dosa. Banyak orang takut gelap. Kecuali orang yang mau berbuat dosa, mereka suka cari tempat yang gelap. Situasi gelap itu dilukiskan Paulus dengan:

1. Suka pesta pora. Umumnya kita ini orang miskin tapi kalau sambut baru kita bisa beri makan ribuan orang, biar rumah reot, biar tiap hari tidak makan ikan. Tapi kalau sambut baru, pinjam atau bon tak apalah, yang penting orang tahu bahwa saya juga bisa buat pesta. Dalam pesta pora orang utamakan gengsi, orang suka hidup boros. Orientasi orang dalam pesta adalah nama dan status sosial.

2. Suka minum mabuk. Kalau pesta tanpa minum moke, itu bukan pesta. Ada hubungan antara pesta pora dan suka mabuk. Tidak ada pesta saja orang bisa minum mabuk, apalagi kalau ada pesta. Tapi hari ini Paulus ingatkan kita bahwa suka mabuk adalah bentuk kegelapan. Mengapa? Karena ketika orang mabuk, orang tidak lagi gunakan otak atau pikiran. Dalam keadaan mabuk orang tidak lagi menggunakan perasaan. Orang tidak sadar akan apa yang dibuat, termasuk merugikan orang lain dan merugikandiri sendiri.

3. Percabulan dan hawa nafsu. Setiap manusia punya hasrat, nafsu dan kerinduan. Itu normal. Tapi hawa nafsu yang menghantar ke percabulan merupakan perilaku yang tidak normal. Dalam percabulan kita tidak menghargai diri kita dan orang lain sebagai makluk mulia. Kita mengobyekkan atau membendakan orang lain demi kepuasan dan kenikmatan sesaat kita. Percabulan dan hawa nafsu bisa lahir dari kemabukan, karena orang tidak bisa pikir panjang lagi. Ini juga perbuatan kegelapan.

4. Perselisihan dan iri hati. Sikap iri hati menunjukkan bahwa kita tidak mau mengakui kelebihan orang lain. Kita hanya menganggap diri paling baik, paling benar. Dengan sikap iri atau benci, kita menjadikan orang lain sebagai lawan dan bukan kawan. Dan hanya seorang lawan yang bisa kita pukul, hancurkan, bahkan matikan. Ini juga satu perbuatan kegelapan.

Agar kita sanggup keluar dari situasi gelap, advent kita dalam Minggu I ini mengajak kita untuk berjaga-jaga. Bagaimana cara kita berjaga-jaga? Kita diminta untuk berjalan ke gunung Tuhan. Ajakan ke gunung Tuhan adalah satu bentuk tobat. Jalan ke gunung Tuhan adalah berjalan dalam terang atau cahaya. Berjalan ke gunung Tuhan menuntut kita untuk meninggalkan perbuatan kegelapan. Maka Paulus ajak kita, ” Hari hampir siang maka tinggalkanlah perbuatan ke gelapan, dan kenakan senjata terang”. Paulus ajak kita untuk selalu hidup seperti pada siang hari. Mengapa karena siang hari itu terang. Siang hari orang takut mencuri, orang sulit berbuat cabul, karena gampang diketahui. jangan dalam pesta pora dan kemabukan, percabualna dan iri hati. Inilah bentuk persiapan kita untuk berjaga-jaga memasuki masa Advent. Advent: mari kita ke gunung Tuhan. Advent:mari kita hidup seperi di siang hari.

Copyright © Ledalero, 27 Nopember 2010, by Bernard Hayon SVD

Thursday, November 25, 2010

11. TETAP FOKUS PADA KEHIDUPAN: KERAJAAN ALLAH DI SINI

Jumat, 26 Nopember 2010

Bacaan : Lukas 21, 29-33


Berhadapan dengan sesuatu yang kita tahu akan terjadi pada kita, seringkali kita tak bisa bersabar untuk mengetahui saat persis bilamana hal itu akan terjadi. Seorang sahabat karib saya mengunjungi orangtuanya yang dalam keadaan kritis dan menanti saat-saat akhir hidupnya. Semua keluarga dekat baik anak maupun cucu berusaha hadir karena berpikir, jangan-jangan sang mama segera 'pergi' tanpa bisa mereka saksikan. Sayapun menjadi dekat dengan keluarga ini, dan mendoakan dari jauh dengan menggunakan handphone yang suara saya sengaja diperdengarkan untuk mereka semua yang hadir guna bersama-sama mendoakan mama yang telah berusia sangat lanjut ini.

Menantikan keadaan mama yang lagi sakit keras dengan meninggalkan pekerjaan dan keluarga dan tempat kerja yang jauh memang membuat mereka tak sabar. Kapan saatnya mama akan pergi? Atau apakah mama akan segera sembuh kembali dan berumur tambah panjang lagi? Itulah pertanyaan mereka. Terhadap mereka, saya hanya berpesan, "Perhatikan dan rawatilah mama dengan sungguh dan minta Tuhan memberikan tandaNya sebelum kamu pergi menuju tempat kerja dan keluargamu."

Yesus dalam Injil hari ini ditanyakan tentang 'kapan' Kerajaan Sorga itu akan datang. Dan Ia berkata, "Apabila kamu melihat pohon-pohon bertunas, [...] demikian juga jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. [...] Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu."

Seringnya kita mengharapkan hal-hal atau tanda-tanda luar biasa membuat kita terbiasa mengabaikan hal yang biasa, pekerjaan, tradisi bahkan nasihat sederhana dari orang-orang di sekitar kita. Padahal, pada hal yang biasa itu, kita tahu dengan pasti nilainya, juga hasil yang berguna untuk kita. Karenanya, hemat saya bacaan hari ini sebenarnya menginga
tkan kita tentang perlunya fokuskan diri pada hal-hal yang kita kerjakan, dan tidak terobsesi melulu dengan kapan hal-hal luar biasa mendatangi kita.

Yesus meminta kita untuk memfokuskan diri kita pada kehidupan kita dan pada kenyataan bahwa Kerajaan Allah itu sesungguhnya tengah kita alami bersama kehadiran Yesus melalui Sabda dan Sakramen, juga melalui hidup dan pelayanan kita.

Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami semua untuk memahami bahwa setiap korban, penderitaan dan usaha kami sesungguhnya menguatkan iman kami akan kedatanganMu yang menyelamatkan. Kami mau membangun KerajaanMu bersama-sama dengan Engkau. Karena itu Tuhan, tolonglah kami untuk tetap fokus pada pekerjaan dan pelayanan kami sambil berpegang teguh pada FirmanMu. Karena biarpun segala sesuatu akan berubah dan lenyap, Engkau ya Allah tetap abadi dan menyertai kami.

Amin.

Copyright © Ledalero, 25 Nopember 2010, by Anselmus Meo SVD






Wednesday, November 24, 2010

10. MENILAI KEADAAN DENGAN KACAMATA TUHAN

Kamis, 25 Nopember 2010


Bacaan : Luk. 21, 20-28


Menyaksikan semua bencana, perang dan berbagai malapetaka yang menimpa manusia, orang bertanya-tanya kenapa Allah membiarkan semuanya itu terjadi. Apakah Allah menghendakinya untuk membinasakan manusia?


Pertanyaan-pertanyaan seperti inipun ada kaitannya dengan bacaan hari ini, ketika menyaksikan begitu banyak orang tak bersalah menderita. Dalam Injil hari ini, kita mendengar, "dan akan ada tanda-tanda [ ...] Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala yang menimpa bumi ini [...] Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang [...] Apabila kamu melihat semuanya ini terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, karena penyelamatanmu sudah dekat."

Dari mana sumber penderitaan ini? Kenapa begitu banyak penderitaan? Dalam pencarian kita akan jawabannya, kita temukan juga bahwa Allah mempunyai keprihatinan yang sama. Apakah memang itu kehendakNya? Rasanya tidak. Semua penderitaan itu ada karena kejatuhan Adam dan semua konsekwensinya, karena harmoni yang dimaksudkan sejak awal oleh Allah tak mampu dijaga oleh manusia. Jadi dosa mendatangkan penderitaan, karena kepada manusia Allah memberikannya kehendak bebas untuk bertindak, untuk melaksanakan apa yang berguna bagi kehidupan dan masa depannya.


Mengapa Allah membiarkan manusia menggunakan kehendak bebasnya yang kadangkali menghasilkan penderitaan baginya? Saya yakin sekali bahwa Allah mau juga menggunakan penderitaan itu untuk membawa kebaikan bagi manusia. Itulah sebabnya hari ini Ia mengatakan, "apabila semuanya itu terjadi, bangkitlah, angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."


Maka menjadi penting sekali bagi kaum beriman untuk menggunakan ukuran dan cara melihat seperti yang Yesus maksudkan ini. Menjadi pengikut Kristus yang setia, membantu kita untuk melihat bahwa hidup kita di tengah penderitaan sekalipun ada artinya. Kristuslah yang akan memberikan arti bagi segala sesuatu yang kita alami. Kenapa? Karena pada akhir kehidupan ini, kita mungkin akan menyesal kehilangan segala sesuatu, tapi satu hal tak akan kita sesali, bahwa KITA MENGENAL YESUS SEBAGAI TUHAN DALAM KEHIDUPAN KITA. KITA TIDAK PERNAH AKAN MENYESAL TERHADAP SEGALA HAL YANG KITA BUAT UNTUK KRISTUS. Karena hal-hal itulah yang menyelamatkan kita, itulah saat penyelamatan kita.


Apakah kebenaran seperti ini sungguh menjadi penuntun dalam cara pikir, cara tindak dan pelayanan kita selama hidup?


Marilah kita berdoa,


Ya Tuhan Yesus, bantulah aku hari ini dan setiap hari untuk menilai sungguh apa yang kubuat, kurencanakan dan kupikirkan. Jangan sampai hal - hal itu berlawanan persiapanku untuk menggapai kehidupan kekal. Semoga aku melihat semuanya dengan mataMu dan tolonglah aku untuk bertindak sesuai dengan rencanaMu sendiri. Amin.


Copyright © Ledalero, 25 Nopember 2010, by Anselmus Meo SVD

Monday, November 22, 2010

09. KRISTUS DAN KEPERCAYAAN KEPADANYA TAK PERNAH AKAN LENYAP


Selasa, 23 Nopember 2010

Luk 21, 5-11

Sudah menjadi sifat manusia untuk cepat merasa kagum akan hal-hal yang terlihat indah dan mengagumkan dan cepat merasa bosan setelah menikmatinya beberapa saat lamanya. Orang-orang Yahudi mungkin melampaui sifat ini, karena mereka sangat membanggakan apa yang menjadi kekhasan dan bahkan apa yang mereka pandang mencerminkan jati diri mereka. Bait Allah di Yerusalem adalah salah satu dari antara sekian banyak kekayaan yang dibanggakan.

Tetapi Yesus berkata, "apa yang kamu lihat di situ, akan tiba harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan".

Kita tahu betul bahwa bagi orang Yahudi Bait Allah di Yerusalem adalah pusat kehidupan agama dan budaya mereka. Di dalamnya terdapat yang Tersuci dari segala sesuatu yang suci dan menjadi rumah Tabut Perjanjian Yahwe. Beralasan memang kalau mereka membanggakannya. Tapi Yesus menegaskan bahwa semuanya akan runtuh, dan memang terjadi pada tahun 70 M. Tapi kehancuran Bait Allah memang bukanlah akhir agama Yahudi.

Bagi para pengikutNya termasuk kita semua, Yesus mengarahkan perhatian kita bahwa bersama dengan Dia tidak akan ada kebinasaan. Ia memang tak menjawab langsung pertanyaan bilamana kehancuran itu terjadi, tetapi Ia meminta mereka memfokuskan perhatian kepada yang terpenting dalam hidup, baik itu kehidupan iman maupun kebudayaan. Dan yang terpenting itu iman, iman akan Yesus yang melampaui segala kebanggaan manusiawi.

Yesus sendiri menunjuk pada diriNya, bahwa Ia sendiri akan tetap bersama kita, sebagaimana terus Ia lakukan saat ini melalui Ekaristi. Seperti halnya bait Allah, segalanya akan berlalu, rumah kediaman kita, kerja dan tempat kerja kita, sekolah dan sistimnya, tetapi Kristus tetap ada dan ada untuk selamanya.

Apakah hal ini masih menjadi keyakinan kita yang kita pegang teguh? Ataukah kita sibuk mendengarkan berbagai berita, analisa, ramalan dari 'sumber-sumber yang salah', yang terus mengitari hidup kita?

Kiranya kita sadar sungguh hari ini bahwa apa yang kita dengar atau siapa yang kita jadikan sumber berita juga dalam hal iman sesungguhnya akan menentukan juga kualitas macam mana kehidupan kita, juga kualitas kehidupan yang akan kita masuki pada akhir jaman.

Marilah kita berdoa,
Tuhan Yesus Kristus, saya memang tahu bahwa Engkaulah yang akan menang pada akhirnya. Kiranya hatiku juga percaya teguh akan hal ini. Maka kuatkanlah aku dengan rahmat iman ini. Semoga saya tetap menunjukan optimisme ini dalam setiap momen kehidupanku. Amin.

Copyright@Ledalero, 22 Nopember 2010, by Ansel Meo SVD

Sunday, November 21, 2010

08. BERSAMA YESUS DAN DIPERKAYA OLEHNYA

Senin, 22 Nopember 2010

Bacaan : Luk. 21, 1-4

Suatu kesempatan, saya didatangi oleh seorang saudara saya yang hendak melakukan perjalanan dengan sepeda motor menuju Maumere. "Ane, tolong saya sedikit uang untuk membeli bensin!" katanya meminta bantuanku. Kutahu bahwa di dompetku tertinggal Rp 55.000 untuk kebutuhanku. Agak berat hati sebetulnya, tetapi saya merelakan uang itu untuknya, "Ini 50 ribu untukmu dan ini tinggal untuk saya lima ribu rupiah," ujarku sambil menunjukkan isi dompetku.

Ketika melihat banyak orang yang memberikan persembahan, Yesus memperhatikan cara mereka memberi. Menyaksikan seorang janda yang maju memberikan persembahannya, Ia berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu [...] janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (Luk 21,3-4).

Hanya Yesus yang tahu bahwa dengan memberikan dua peser uangnya, janda ini mempertaruhkan hidupnya, ia kini menggantungkan hidupnya, nafkahnya kepada kebaikan Tuhan lewat orang-orang di sekitarnya. Ia memberikan lebih banyak, karena ia tengah memberi dengan penuh keyakinan bahwa hidupnya tak perlu dicemaskan. Tuhan membantu memenuhi kebutuhannya pada waktunya. Ia percaya bahwa Allah inilah yang akan terus memperhatikan, memeliharanya. Karena itu, ia tak memiliki keinginan lain selain BERADA BERSAMA ALLAH DAN MEMBIARKAN DIRINYA DIPERKAYA OLEH ALLAH.

Persis inilah cara hidup dan cara memberi yang dikehendaki Allah bagi kita semua orang beriman. Bahwa kita seyogyanya peka melihat kebutuhan Tuhan dalam diri sesama yang sangat membutuhkan bantuan dan pemberian kita, kendati dengan melakukankannya, kita mungkin harus mempertaruhkan hidup kita. Saya merasakan hal yang sama ketika membantu saudara yang sangat mengharapkan bantuan bagi perjalanannya saat ia mendatangi saya.

Semoga kita juga terinspirasi bacaan hari ini dan memperhatikan juga cara kita menilai orang yang datang kepada kita dan cara kita memberikan sesuatu kepada mereka. Kiranya kita memberi sebagai ekspresi cinta kita kepada Allah dan kasih kita kepada mereka. Dan kita bisa memberikan secara benar ketika kita bekerja dengan sungguh, berbuat amal, berdoa dan berkorban karena cinta kita kepada Kristus yang kita jumpai dalam diri saudara-saudari kita.

Marilah kita berdoa,

Tuhan Yesus Kristus, sadarkanlah aku bahwa hidupku seluruhnya pemberianMu. Kiranya aku tak pernah lelah untuk menyampaikan terimakasihku ini melalui persembahan dan pemberian diriku. Ya Tuhan, Engkaulah hidupku, Engkau mengundangku selalu untuk memberikan dengan murah hati, memberikan lebih sering dan memberikan lebih dengan cinta kasih tulus. Bukalah hatiku Tuhan dan bekerjalah melalui aku untuk dunia yang Kaukehendaki. Amin.

Copyright © Ledalero, 21 Nopember 2010, by Ansel Meo SVD