Minggu, 28 Nopember 2010
TAHUN A , Minggu I Masa Adven
Bacaan, Yes 2: 1-5, Rom 13: 11-14a, Mat 24: 37-44
Dia yang akan datang, datang bagai cahaya
Cahaya itu kini menjadi tanda suar
Tanda suar, terang yang menunjuk jalan bagi peziarah
Peziarah dari segala bangsa dan bahasa
Bahasa untuk memuliakan Raja Damai
Damai yang dirindukan para bangsa
Dan para bangsa didamaikan di Gunung, KerajaanNya
Ini sebuah seruan untuk memasuki Advent. Hari ini kita memasuki kalender liturgi yang baru: Masa Advent. Adventus berarti menanti, menunggu. Saat menanti selalu diwarnai dengan sikap gusar, tertekan, gelisah, cemas, harap, sabar, siap siaga. Kita berjaga-jaga karena keselamatan sudah dekat. Yesaya melukiskan keselamatan itu sebagai sebuah ziarah, berjalan ke Gunung Tuhan. Satu perjalanan untuk bersatu bersama di gunung Tuhan, rumah Allah Yakub. Berjagaa-jaga berarti berziarah ke gunung Tuhan.
Tapi mengapa mesti gunung dan bukan lembah? Gunung memang menjulang tinggi. Gunung adalah simbol kehadiran Allah yang menyelamatkan. Di Gunung Horeb, Musa bertemu dengan Allah. Allah berfirman kepada Musa, ” Naiklah menghadap Aku ke atas Gunung, maka Aku akan memberikan kepadamu loh batu” (Kel 24: 12). Di Gunung Sinai, Musa menerima dua loh batu. Mazmur menulis: Ya Tuhan Gunungku danpenebusku (Mzr 19: 15), hanya Dia, Allah gunungku dan keselamtanku (Msr 62: 3.7). Petrus, Yakobus dan Yohanes dimuliakan bersama Yesus. Mengapa mesti gunung? Yesaya mengajak kita, ”Mari kita ke Gunung Tuhan”. Gunung adalah tempat kediaman Allah Yakub. Di sana, di rumah Allah Yakub, kita diajar tentang jalan Tuhan, jalan untuk mencapai keselamatan. Jalan menuju ke Dia, Hakim yang adil, dan wasit yang jujur.
Bagaimanakah bentuk jalan Tuhan yang menyelamatkan itu? Di jalan Tuhan ada cahaya, ada terang. Terang berfungsi mengusir dan membakar segala kegelapan manusia. Gelap adalah situasi yang mencekam, yang menakutkan, situasi dosa. Banyak orang takut gelap. Kecuali orang yang mau berbuat dosa, mereka suka cari tempat yang gelap. Situasi gelap itu dilukiskan Paulus dengan:
1. Suka pesta pora. Umumnya kita ini orang miskin tapi kalau sambut baru kita bisa beri makan ribuan orang, biar rumah reot, biar tiap hari tidak makan ikan. Tapi kalau sambut baru, pinjam atau bon tak apalah, yang penting orang tahu bahwa saya juga bisa buat pesta. Dalam pesta pora orang utamakan gengsi, orang suka hidup boros. Orientasi orang dalam pesta adalah nama dan status sosial.
2. Suka minum mabuk. Kalau pesta tanpa minum moke, itu bukan pesta. Ada hubungan antara pesta pora dan suka mabuk. Tidak ada pesta saja orang bisa minum mabuk, apalagi kalau ada pesta. Tapi hari ini Paulus ingatkan kita bahwa suka mabuk adalah bentuk kegelapan. Mengapa? Karena ketika orang mabuk, orang tidak lagi gunakan otak atau pikiran. Dalam keadaan mabuk orang tidak lagi menggunakan perasaan. Orang tidak sadar akan apa yang dibuat, termasuk merugikan orang lain dan merugikandiri sendiri.
3. Percabulan dan hawa nafsu. Setiap manusia punya hasrat, nafsu dan kerinduan. Itu normal. Tapi hawa nafsu yang menghantar ke percabulan merupakan perilaku yang tidak normal. Dalam percabulan kita tidak menghargai diri kita dan orang lain sebagai makluk mulia. Kita mengobyekkan atau membendakan orang lain demi kepuasan dan kenikmatan sesaat kita. Percabulan dan hawa nafsu bisa lahir dari kemabukan, karena orang tidak bisa pikir panjang lagi. Ini juga perbuatan kegelapan.
4. Perselisihan dan iri hati. Sikap iri hati menunjukkan bahwa kita tidak mau mengakui kelebihan orang lain. Kita hanya menganggap diri paling baik, paling benar. Dengan sikap iri atau benci, kita menjadikan orang lain sebagai lawan dan bukan kawan. Dan hanya seorang lawan yang bisa kita pukul, hancurkan, bahkan matikan. Ini juga satu perbuatan kegelapan.
Agar kita sanggup keluar dari situasi gelap, advent kita dalam Minggu I ini mengajak kita untuk berjaga-jaga. Bagaimana cara kita berjaga-jaga? Kita diminta untuk berjalan ke gunung Tuhan. Ajakan ke gunung Tuhan adalah satu bentuk tobat. Jalan ke gunung Tuhan adalah berjalan dalam terang atau cahaya. Berjalan ke gunung Tuhan menuntut kita untuk meninggalkan perbuatan kegelapan. Maka Paulus ajak kita, ” Hari hampir siang maka tinggalkanlah perbuatan ke gelapan, dan kenakan senjata terang”. Paulus ajak kita untuk selalu hidup seperti pada siang hari. Mengapa karena siang hari itu terang. Siang hari orang takut mencuri, orang sulit berbuat cabul, karena gampang diketahui. jangan dalam pesta pora dan kemabukan, percabualna dan iri hati. Inilah bentuk persiapan kita untuk berjaga-jaga memasuki masa Advent. Advent: mari kita ke gunung Tuhan. Advent:mari kita hidup seperi di siang hari.
Copyright © Ledalero, 27 Nopember 2010, by Bernard Hayon SVD