Friday, December 3, 2010

Hari Sabtu, Advent pekan I, Thn A
Teks: Yes 30:19-21,23-26; Mat 9: 35-10:1.6-8


”Tuhan akan mengasihi engkau”. Inilah janji Yesaya untuk kaum Yerusalem. Yesaya memperkenalkan Allah yag tidak pernah meninggalkan manusia, Allah yang memberikan jalan bagi kehidupan, Allah yang tampil sebagai cahaya, Allah yang membalut luka-luka manusia. Allah yangberpihak kepada mannusia ini nyata dalam Yesus dan cara hidupNya. Yesus itu bernama Belaskasihan, karena Ia menjadikan belaskasih sebagai pokok hidupnya: mengajar, menyembuhkan, membangkitkan yang mati. Inilah tanda nyata belaskasih Yesus. Belaskasih ini mengingatkankita bahwa Kerajaan Allah sudah dekat, Ia sedang datang ke tengah-ke tengah kita. Kerajaan Allah itu mau merasuki diri, hidup dan karya kita. Jika Advent adalah menantikan kedatangan Yesus yang Berbelaskasih, maka tindakan kemurahan dan cinta mewarnai hari-hari Advent. Semoga Advent kita tidak pernahmenjadi sia-sia.

Copyright@ Ledalero, 4 Desember 2010, by: P. Bernard Hayon, SVD
Jumad Pekan I Advent, Thn A
Teks: 1 Kor 9:16-19.22-23; Mrk 16:15-20


Menghayati dan menghidupi misi berarti ikut serta dalam mendekatkan diri dan orang lain pada Allah. Allah didekati dan dialami juga dalam SabdaNya. Firman Tuhan adalah suluh bagi jalan dan pelita yang menerangi hidup. Setiap orang Kristen yang mengakui Allah da percaya kepada Kristus serentak menghidupi jiwa seorang misionaris dalam dirinya: hidup dari Sabda, percaya akan Sabda dan mewartakan Sabda.

St. Fransisikus Xaverius yang kita rayakan pestanya setiap tanggap 3 Desember adalah seorang misionaris sejati. Ia meninggalkan daerahnya di Perancis menuju Goa-India, tetapi kemudian ke Makasar, Ternate dan Ambon. Di daerah ini kecintaan Fransisikus akan tugasnya sebagai pewarta Sabda dan memeprkenalkan Kristus adalah sebuah kegembiraan. Ia mempermandikan banyak orang, mengantar komunio untuk orang sakit, merayakan sakramen-sakramen, melatih umat dengan nyanyian berdasarkan teks Kitab Suci. Tentang jerih payahnya di tanah misi ini, ia hanya berucap ”Syukur Kepada Allah”. Pernyataan ini memperlihatkan kegembiraandan keiklasan seorang peziarah misioner. Fransiskus menghayati apa yang menjadi seruan dan spiritualitas Paulus dalam bacaan pertama hari in: Adalah keharusan bagiku untuk memberitakan Injil; Dan apakah upahku? Upahku adalah bahwa aku tidak mempunyai upah. Karena bukan kehendakku dalam mewartakan Injil, tetapi kehendak Allah sendiri. Allah turut bekerja di dalamnya.

Spiritualitas Paulus dalam pewartaan Injil ini menjadi satu sukacita bagi setiap pengikut Kristus. Karena Yesus ketika bangkit dan memberi tugas perutusan: Pergilah dan beritkanlah Injil. Dan tanda-tanda pengusiran setan, penyembuhan dan kesanggupan dalam berbicara dan berbahasa adalah tanda Allah turut bekerja dalam diri kita sebagai misionaris.

Semoga Advent membantu mengingatkan kita untuk sadar sudahkah saya tampil sebagai misinaris, hidup dari Sabda Allah, karena yakit Allah turut bekerja di dalamnya?

Copyright@ Ledalero, 3 Desember 2010, by: P. Bernard Hayon, SVD
Hari Kamis, THN A
Pekan I Advent
Teks : Yes 26: 1-6, Mat 7: 21-27

Mempercayakan diri kepada Tuhan adalah salah satu cara membangun sikap hidup selama masa Advent. Yesaya mengajak kita untuk mengarahkan pandangan kepada Dia yang akan datang, Ia yang membawa pembebasan dan keadilan. Orang yang tinggi hati atau sombong akan Dia turunkan dan orang yang dianggap hina dan rendah akan ditinggikan. Ia hendak memperlakukan semua orang secara benar dan adil. Rencana keselamatan dari allah seperti ini menghantar kita untuk memperbarui cara hidup kita, termasuk sikap membangun kepercayaan kepada Allah. Kepercayaan yang teguh kepada Allah ini dilukiskan Yesus dengan mengemukakan dua sikap dasar:
Kita diajak mendengar dan melakukan firman Allah. Firman adalah daya yang menghidupkan dari Allah. Dengan SabdaNya Allah menciptakan segala sesuatu. Dengan SabdaNya Yesus menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati, mengusir setan-setan. Keyakinan akan Sabda yang berdaya cipta ini diumpamakan Yesus dengan orang yang membangun rumah di atas wadas, batu yang kokoh agar tiang bangunan berdiri teguh. Jika kita tidak sanggup membagun dasar hidup kita dalam Allah, maka kita bagai orang yang membangun rumah di atas pasir. Ini bukan sikap dasar yang benar. Ini sikap kemalasan dalam membangun semangat hidup rohani.
Advent membantu kita untuk berusaha mendalami Sabda Tuhan dalam Kitab Suci, bukan cuman berteriak minta tolong, menyebut nama Tuhan tapi tidak menghidupi Sabda Tuhan.

Copyright@ Ledalero, 2 Desember by P. Bernard Hayon SVD

Wednesday, December 1, 2010

15. SEMUA ORANG BISA MENGALAMI KESELAMATAN

Rabu, 1 Desember 2010

Pekan I Masa Adventus

Bacaan : Yes, 25, 6-10 dan Mat, 15, 29-37


Beberapa saat sebelum mempersiapkan renungan ini, saya berbicara dengan seorang sahabat karibku, seorang gadis manis berkepercayaan lain, tapi mengenal sangat baik jalan hidupku, pilihanku menjadi imam dan terbiasa memintaku memberkatinya. Kukagumi dia, pendiriannya dan tentu saja penghargaannya akan siapa aku dan bentuk pelayananku.

Tentang harapannya akan kehidupan dan masa depannya, saya selalu meneguhkannya demikian, "Tuhan yang kita sembah sesungguhnya esa dan tak pernah memisahkan kita. Kudoakan agar Tuhan memberikan tuntunan dan pilihan yang terbaik bagimu, bagi hidupmu, bagi masa depanmu, juga setelah orang yang paling kamu sayangi mendahuluimu. Kita akan bertemu selalu dalam Tuhan."

Bacaan liturgi hari ini bicara tentang kenyataan bahwa semua orang akan berkumpul di gunung Tuhan dan mendapatkan perjamuan yang disediakan Tuhan bagi semua bangsa. Itulah warta yesaya dalam bacaan pertama. Warta Yesaya ini juga dipenuhi dalam diri Yesus, juga dalam bacaan Injil hari ini. Bahwa karena Dia semua orang tanpa kecuali berkumpul bersama Dia, mereka mengimaninya dan karenanya mereka mengalami kesembuhan dan pemenuhan kebutuhan hidup dan kerinduan masa depannya.

Sebuah harapan yang menguatkan hati siapa saja yang mengenal dan mencintai Allah, tak peduli dari aliran agama mana, tak peduli ia berasal dari bangsa mana. Allah dan kehadiranNya memberikan keselamatanNya bagi semua. Tentu kalau manusia, kita mau mencari Dia ke manapun kita berada.

Apakah kita percaya akan rahasia kehadiran Allah dan tawaran keselamatanNya. Saya percaya bahwa kita smua tanpa kecuali seyogyanya selalu membawa pengalaman akan berkat Allah semakin dekat dengan orang yang kita jumpai dan menolong orang yang kita temui untuk memiliki harapan akan masa depan yang pasti bersama Allah. Ini sesungguhnya isi adventus yang tengah kita jalani sekarang.
Marilah kita berdoa, Tuhan Yesus, bersama Engkau orang alami damai, kesembuhan dan keselamatan. Semoga kami dalam karya dan cara berada kami, membuat orang lain bisa mengalami Engkau sebagai Allah yang dekat dan berpihak kepadanya. Amin

Copyright © Ledalero, 1 Desember 2010, by Ansel Meo SVD


14. MENYEBARKAN SIKAP DAN KEMURAHAN ALLAH

Hari Selasa , 30 Nopember 2010

Pekan I Masa Adventus

Bacaan : Rom 10: 9-18, Mat 4: 18-22


Pemanggilan para murid adalah diskursus pertama dari misi. Misi para murid adalah mengikut Yesus, guru dan mesias, untuk membentuk komunitas dgn Dia. Komunitas berarti hidup bersama, tinggal dan berada bersama Yesus. Pengalaman kebersamaan dengan Yesus adalah dasardan kekuatan yang menjadikan para murid mgnl misi Yesus, sehingga pada saatnya mereka mampu mengambil bagian dari misi Yesus. Misi para murid sama dengan misi Yesus: yakni pembersihan dari roh jahat dan penyakit sebagai tanda kehadiran Kerajaan Allah.

Yesus memanggil Petrus dan Andreas, Yakobus dan Yohanes, “ Mari ikutilah Aku”. Hanya kalau sesuatu itu ada nama, maka dia bisa disebut, dipanggil. Nama adalah tanda. Nama adalah identitas. Nama adalah kekhasan seseorang atau benda tertentu. Nama juga menyangkut kejatidirian. Memanggil dengan nama berarti saya kenal orang tertentu, memanggil dengan nama berarti saya mengakui dirinya, mengakui kualitas kepribadiannya. Memanggil dengan nama adalah satu kepercayaan. Dan orang yang mendapat kepercayaan, berarti ia mendapat rahmat. Yesus memanggil para murid pertama dengan nama, karena Ia mau mengakui dan mempercayakan kepada mereka tugas perutusan. Tanda kepercayaan itu nyata dengan memberikan mereka tugas perutusan dan potensi atau daya dalam melaksanakan perutusan.

Kita semua adalah murid Yesus, oleh karena rahmat pembabtisan. Dengan pembabtisan, Allah memanggil kita untuk tinggal bersama Dia dalam keakraban. Ia memanggil dan memilih kita karena kemurahan hatiNya, supaya nama dan sikap kemurahan Allah semakin tersebar.

Bagaimana kepercayaan itu kita manfaatkan? Bagaimana rahmat itu kita hidupi? Semoga kita tidak mengecewakan Dia.

Copyright © Ledalero, 30 Nopember 2010, By Bernardus Hayon SVD

Sunday, November 28, 2010

13. BERHARAP, BERTOBAT DAN BERIMAN

Senin, 29 Nopember 2010

Pekan Adven I

Teks: Mat 8: 5-11

Tuhan, datanglah segera karena hambaku hampir meninggal

Aku tidak layak menerima Tuhan di rumahku

Katakan sepatah kata maka hambaku aka sembuh

Ini tiga kalimat inti yang keluar dari mulut hamba seorang perwira. Tiga kalimat inti ini memperlihatkan tiga sikap kunci: berharap, bertobat, beriman.

Pertama: berharap. Dalam sikap berharap, bukan diri saya yang menjadi dasar, tetapi oran glain. Orang lain adalah penyokong, penopang. Dalam sikap berharap tercermin keterbukaan danpengakuan akan oran glain. Orang yang berharap mencari Allah dan meletakan harapannya kepada Allah. Hamba Perwira itu mengakui Yesus, maka ia datang dan membawa persoalannya kepada Yesus.

Kedua: bertobat. Aku tidak layak menerima Tuan di rumahku. Rumah tidak sekedar tempat tinggal. Rumah adalah hidupku, siuasiku. Ketika si hamba katakan ia tidak layak menerima Yesus di rumah, dia sadar akan situasi hidupnya sebagai orang yang berdosa, situasi rumah yang porak poranda, yang tidak harmonis untuk menerima kehadiran Tuhan yang mulia. Ia masuk dalam situasi penyesalan dan tobat. Hanya orang yang menyesal mengakui kesalahannya secara jujur dan maubertobat.

Ketiga : Beriman. Harapan membangun tobat dan tobat ini menghantar kepada iman: Tuhan katakan saja sepatah kata maka hambaku akan sembuh. Inilah satu pengakuan dan iman yang lahir dari sikap harapan dan tbat.

Kita temukan ada tiga kata kunci dalam Sabda Tuhan hari ini: harapan, sesal dan tobat lalu iman. Adakah kita menghidupi ketiga kata kunci ini dalam hidup kita?

Copyright © Ledalero, 28 Nopember 2010, by P. Bernard Hayon, SVD

Saturday, November 27, 2010

12. ADVENT : MARI KITA KE GUNUNG TUHAN

Minggu, 28 Nopember 2010

TAHUN A , Minggu I Masa Adven

Bacaan, Yes 2: 1-5, Rom 13: 11-14a, Mat 24: 37-44

Dia yang akan datang, datang bagai cahaya

Cahaya itu kini menjadi tanda suar

Tanda suar, terang yang menunjuk jalan bagi peziarah

Peziarah dari segala bangsa dan bahasa

Bahasa untuk memuliakan Raja Damai

Damai yang dirindukan para bangsa

Dan para bangsa didamaikan di Gunung, KerajaanNya

Ini sebuah seruan untuk memasuki Advent. Hari ini kita memasuki kalender liturgi yang baru: Masa Advent. Adventus berarti menanti, menunggu. Saat menanti selalu diwarnai dengan sikap gusar, tertekan, gelisah, cemas, harap, sabar, siap siaga. Kita berjaga-jaga karena keselamatan sudah dekat. Yesaya melukiskan keselamatan itu sebagai sebuah ziarah, berjalan ke Gunung Tuhan. Satu perjalanan untuk bersatu bersama di gunung Tuhan, rumah Allah Yakub. Berjagaa-jaga berarti berziarah ke gunung Tuhan.

Tapi mengapa mesti gunung dan bukan lembah? Gunung memang menjulang tinggi. Gunung adalah simbol kehadiran Allah yang menyelamatkan. Di Gunung Horeb, Musa bertemu dengan Allah. Allah berfirman kepada Musa, ” Naiklah menghadap Aku ke atas Gunung, maka Aku akan memberikan kepadamu loh batu” (Kel 24: 12). Di Gunung Sinai, Musa menerima dua loh batu. Mazmur menulis: Ya Tuhan Gunungku danpenebusku (Mzr 19: 15), hanya Dia, Allah gunungku dan keselamtanku (Msr 62: 3.7). Petrus, Yakobus dan Yohanes dimuliakan bersama Yesus. Mengapa mesti gunung? Yesaya mengajak kita, ”Mari kita ke Gunung Tuhan”. Gunung adalah tempat kediaman Allah Yakub. Di sana, di rumah Allah Yakub, kita diajar tentang jalan Tuhan, jalan untuk mencapai keselamatan. Jalan menuju ke Dia, Hakim yang adil, dan wasit yang jujur.

Bagaimanakah bentuk jalan Tuhan yang menyelamatkan itu? Di jalan Tuhan ada cahaya, ada terang. Terang berfungsi mengusir dan membakar segala kegelapan manusia. Gelap adalah situasi yang mencekam, yang menakutkan, situasi dosa. Banyak orang takut gelap. Kecuali orang yang mau berbuat dosa, mereka suka cari tempat yang gelap. Situasi gelap itu dilukiskan Paulus dengan:

1. Suka pesta pora. Umumnya kita ini orang miskin tapi kalau sambut baru kita bisa beri makan ribuan orang, biar rumah reot, biar tiap hari tidak makan ikan. Tapi kalau sambut baru, pinjam atau bon tak apalah, yang penting orang tahu bahwa saya juga bisa buat pesta. Dalam pesta pora orang utamakan gengsi, orang suka hidup boros. Orientasi orang dalam pesta adalah nama dan status sosial.

2. Suka minum mabuk. Kalau pesta tanpa minum moke, itu bukan pesta. Ada hubungan antara pesta pora dan suka mabuk. Tidak ada pesta saja orang bisa minum mabuk, apalagi kalau ada pesta. Tapi hari ini Paulus ingatkan kita bahwa suka mabuk adalah bentuk kegelapan. Mengapa? Karena ketika orang mabuk, orang tidak lagi gunakan otak atau pikiran. Dalam keadaan mabuk orang tidak lagi menggunakan perasaan. Orang tidak sadar akan apa yang dibuat, termasuk merugikan orang lain dan merugikandiri sendiri.

3. Percabulan dan hawa nafsu. Setiap manusia punya hasrat, nafsu dan kerinduan. Itu normal. Tapi hawa nafsu yang menghantar ke percabulan merupakan perilaku yang tidak normal. Dalam percabulan kita tidak menghargai diri kita dan orang lain sebagai makluk mulia. Kita mengobyekkan atau membendakan orang lain demi kepuasan dan kenikmatan sesaat kita. Percabulan dan hawa nafsu bisa lahir dari kemabukan, karena orang tidak bisa pikir panjang lagi. Ini juga perbuatan kegelapan.

4. Perselisihan dan iri hati. Sikap iri hati menunjukkan bahwa kita tidak mau mengakui kelebihan orang lain. Kita hanya menganggap diri paling baik, paling benar. Dengan sikap iri atau benci, kita menjadikan orang lain sebagai lawan dan bukan kawan. Dan hanya seorang lawan yang bisa kita pukul, hancurkan, bahkan matikan. Ini juga satu perbuatan kegelapan.

Agar kita sanggup keluar dari situasi gelap, advent kita dalam Minggu I ini mengajak kita untuk berjaga-jaga. Bagaimana cara kita berjaga-jaga? Kita diminta untuk berjalan ke gunung Tuhan. Ajakan ke gunung Tuhan adalah satu bentuk tobat. Jalan ke gunung Tuhan adalah berjalan dalam terang atau cahaya. Berjalan ke gunung Tuhan menuntut kita untuk meninggalkan perbuatan kegelapan. Maka Paulus ajak kita, ” Hari hampir siang maka tinggalkanlah perbuatan ke gelapan, dan kenakan senjata terang”. Paulus ajak kita untuk selalu hidup seperti pada siang hari. Mengapa karena siang hari itu terang. Siang hari orang takut mencuri, orang sulit berbuat cabul, karena gampang diketahui. jangan dalam pesta pora dan kemabukan, percabualna dan iri hati. Inilah bentuk persiapan kita untuk berjaga-jaga memasuki masa Advent. Advent: mari kita ke gunung Tuhan. Advent:mari kita hidup seperi di siang hari.

Copyright © Ledalero, 27 Nopember 2010, by Bernard Hayon SVD

Thursday, November 25, 2010

11. TETAP FOKUS PADA KEHIDUPAN: KERAJAAN ALLAH DI SINI

Jumat, 26 Nopember 2010

Bacaan : Lukas 21, 29-33


Berhadapan dengan sesuatu yang kita tahu akan terjadi pada kita, seringkali kita tak bisa bersabar untuk mengetahui saat persis bilamana hal itu akan terjadi. Seorang sahabat karib saya mengunjungi orangtuanya yang dalam keadaan kritis dan menanti saat-saat akhir hidupnya. Semua keluarga dekat baik anak maupun cucu berusaha hadir karena berpikir, jangan-jangan sang mama segera 'pergi' tanpa bisa mereka saksikan. Sayapun menjadi dekat dengan keluarga ini, dan mendoakan dari jauh dengan menggunakan handphone yang suara saya sengaja diperdengarkan untuk mereka semua yang hadir guna bersama-sama mendoakan mama yang telah berusia sangat lanjut ini.

Menantikan keadaan mama yang lagi sakit keras dengan meninggalkan pekerjaan dan keluarga dan tempat kerja yang jauh memang membuat mereka tak sabar. Kapan saatnya mama akan pergi? Atau apakah mama akan segera sembuh kembali dan berumur tambah panjang lagi? Itulah pertanyaan mereka. Terhadap mereka, saya hanya berpesan, "Perhatikan dan rawatilah mama dengan sungguh dan minta Tuhan memberikan tandaNya sebelum kamu pergi menuju tempat kerja dan keluargamu."

Yesus dalam Injil hari ini ditanyakan tentang 'kapan' Kerajaan Sorga itu akan datang. Dan Ia berkata, "Apabila kamu melihat pohon-pohon bertunas, [...] demikian juga jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. [...] Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu."

Seringnya kita mengharapkan hal-hal atau tanda-tanda luar biasa membuat kita terbiasa mengabaikan hal yang biasa, pekerjaan, tradisi bahkan nasihat sederhana dari orang-orang di sekitar kita. Padahal, pada hal yang biasa itu, kita tahu dengan pasti nilainya, juga hasil yang berguna untuk kita. Karenanya, hemat saya bacaan hari ini sebenarnya menginga
tkan kita tentang perlunya fokuskan diri pada hal-hal yang kita kerjakan, dan tidak terobsesi melulu dengan kapan hal-hal luar biasa mendatangi kita.

Yesus meminta kita untuk memfokuskan diri kita pada kehidupan kita dan pada kenyataan bahwa Kerajaan Allah itu sesungguhnya tengah kita alami bersama kehadiran Yesus melalui Sabda dan Sakramen, juga melalui hidup dan pelayanan kita.

Tuhan Yesus Kristus, bantulah kami semua untuk memahami bahwa setiap korban, penderitaan dan usaha kami sesungguhnya menguatkan iman kami akan kedatanganMu yang menyelamatkan. Kami mau membangun KerajaanMu bersama-sama dengan Engkau. Karena itu Tuhan, tolonglah kami untuk tetap fokus pada pekerjaan dan pelayanan kami sambil berpegang teguh pada FirmanMu. Karena biarpun segala sesuatu akan berubah dan lenyap, Engkau ya Allah tetap abadi dan menyertai kami.

Amin.

Copyright © Ledalero, 25 Nopember 2010, by Anselmus Meo SVD






Wednesday, November 24, 2010

10. MENILAI KEADAAN DENGAN KACAMATA TUHAN

Kamis, 25 Nopember 2010


Bacaan : Luk. 21, 20-28


Menyaksikan semua bencana, perang dan berbagai malapetaka yang menimpa manusia, orang bertanya-tanya kenapa Allah membiarkan semuanya itu terjadi. Apakah Allah menghendakinya untuk membinasakan manusia?


Pertanyaan-pertanyaan seperti inipun ada kaitannya dengan bacaan hari ini, ketika menyaksikan begitu banyak orang tak bersalah menderita. Dalam Injil hari ini, kita mendengar, "dan akan ada tanda-tanda [ ...] Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala yang menimpa bumi ini [...] Pada waktu itu orang akan melihat Anak Manusia datang [...] Apabila kamu melihat semuanya ini terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, karena penyelamatanmu sudah dekat."

Dari mana sumber penderitaan ini? Kenapa begitu banyak penderitaan? Dalam pencarian kita akan jawabannya, kita temukan juga bahwa Allah mempunyai keprihatinan yang sama. Apakah memang itu kehendakNya? Rasanya tidak. Semua penderitaan itu ada karena kejatuhan Adam dan semua konsekwensinya, karena harmoni yang dimaksudkan sejak awal oleh Allah tak mampu dijaga oleh manusia. Jadi dosa mendatangkan penderitaan, karena kepada manusia Allah memberikannya kehendak bebas untuk bertindak, untuk melaksanakan apa yang berguna bagi kehidupan dan masa depannya.


Mengapa Allah membiarkan manusia menggunakan kehendak bebasnya yang kadangkali menghasilkan penderitaan baginya? Saya yakin sekali bahwa Allah mau juga menggunakan penderitaan itu untuk membawa kebaikan bagi manusia. Itulah sebabnya hari ini Ia mengatakan, "apabila semuanya itu terjadi, bangkitlah, angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat."


Maka menjadi penting sekali bagi kaum beriman untuk menggunakan ukuran dan cara melihat seperti yang Yesus maksudkan ini. Menjadi pengikut Kristus yang setia, membantu kita untuk melihat bahwa hidup kita di tengah penderitaan sekalipun ada artinya. Kristuslah yang akan memberikan arti bagi segala sesuatu yang kita alami. Kenapa? Karena pada akhir kehidupan ini, kita mungkin akan menyesal kehilangan segala sesuatu, tapi satu hal tak akan kita sesali, bahwa KITA MENGENAL YESUS SEBAGAI TUHAN DALAM KEHIDUPAN KITA. KITA TIDAK PERNAH AKAN MENYESAL TERHADAP SEGALA HAL YANG KITA BUAT UNTUK KRISTUS. Karena hal-hal itulah yang menyelamatkan kita, itulah saat penyelamatan kita.


Apakah kebenaran seperti ini sungguh menjadi penuntun dalam cara pikir, cara tindak dan pelayanan kita selama hidup?


Marilah kita berdoa,


Ya Tuhan Yesus, bantulah aku hari ini dan setiap hari untuk menilai sungguh apa yang kubuat, kurencanakan dan kupikirkan. Jangan sampai hal - hal itu berlawanan persiapanku untuk menggapai kehidupan kekal. Semoga aku melihat semuanya dengan mataMu dan tolonglah aku untuk bertindak sesuai dengan rencanaMu sendiri. Amin.


Copyright © Ledalero, 25 Nopember 2010, by Anselmus Meo SVD

Monday, November 22, 2010

09. KRISTUS DAN KEPERCAYAAN KEPADANYA TAK PERNAH AKAN LENYAP


Selasa, 23 Nopember 2010

Luk 21, 5-11

Sudah menjadi sifat manusia untuk cepat merasa kagum akan hal-hal yang terlihat indah dan mengagumkan dan cepat merasa bosan setelah menikmatinya beberapa saat lamanya. Orang-orang Yahudi mungkin melampaui sifat ini, karena mereka sangat membanggakan apa yang menjadi kekhasan dan bahkan apa yang mereka pandang mencerminkan jati diri mereka. Bait Allah di Yerusalem adalah salah satu dari antara sekian banyak kekayaan yang dibanggakan.

Tetapi Yesus berkata, "apa yang kamu lihat di situ, akan tiba harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan".

Kita tahu betul bahwa bagi orang Yahudi Bait Allah di Yerusalem adalah pusat kehidupan agama dan budaya mereka. Di dalamnya terdapat yang Tersuci dari segala sesuatu yang suci dan menjadi rumah Tabut Perjanjian Yahwe. Beralasan memang kalau mereka membanggakannya. Tapi Yesus menegaskan bahwa semuanya akan runtuh, dan memang terjadi pada tahun 70 M. Tapi kehancuran Bait Allah memang bukanlah akhir agama Yahudi.

Bagi para pengikutNya termasuk kita semua, Yesus mengarahkan perhatian kita bahwa bersama dengan Dia tidak akan ada kebinasaan. Ia memang tak menjawab langsung pertanyaan bilamana kehancuran itu terjadi, tetapi Ia meminta mereka memfokuskan perhatian kepada yang terpenting dalam hidup, baik itu kehidupan iman maupun kebudayaan. Dan yang terpenting itu iman, iman akan Yesus yang melampaui segala kebanggaan manusiawi.

Yesus sendiri menunjuk pada diriNya, bahwa Ia sendiri akan tetap bersama kita, sebagaimana terus Ia lakukan saat ini melalui Ekaristi. Seperti halnya bait Allah, segalanya akan berlalu, rumah kediaman kita, kerja dan tempat kerja kita, sekolah dan sistimnya, tetapi Kristus tetap ada dan ada untuk selamanya.

Apakah hal ini masih menjadi keyakinan kita yang kita pegang teguh? Ataukah kita sibuk mendengarkan berbagai berita, analisa, ramalan dari 'sumber-sumber yang salah', yang terus mengitari hidup kita?

Kiranya kita sadar sungguh hari ini bahwa apa yang kita dengar atau siapa yang kita jadikan sumber berita juga dalam hal iman sesungguhnya akan menentukan juga kualitas macam mana kehidupan kita, juga kualitas kehidupan yang akan kita masuki pada akhir jaman.

Marilah kita berdoa,
Tuhan Yesus Kristus, saya memang tahu bahwa Engkaulah yang akan menang pada akhirnya. Kiranya hatiku juga percaya teguh akan hal ini. Maka kuatkanlah aku dengan rahmat iman ini. Semoga saya tetap menunjukan optimisme ini dalam setiap momen kehidupanku. Amin.

Copyright@Ledalero, 22 Nopember 2010, by Ansel Meo SVD

Sunday, November 21, 2010

08. BERSAMA YESUS DAN DIPERKAYA OLEHNYA

Senin, 22 Nopember 2010

Bacaan : Luk. 21, 1-4

Suatu kesempatan, saya didatangi oleh seorang saudara saya yang hendak melakukan perjalanan dengan sepeda motor menuju Maumere. "Ane, tolong saya sedikit uang untuk membeli bensin!" katanya meminta bantuanku. Kutahu bahwa di dompetku tertinggal Rp 55.000 untuk kebutuhanku. Agak berat hati sebetulnya, tetapi saya merelakan uang itu untuknya, "Ini 50 ribu untukmu dan ini tinggal untuk saya lima ribu rupiah," ujarku sambil menunjukkan isi dompetku.

Ketika melihat banyak orang yang memberikan persembahan, Yesus memperhatikan cara mereka memberi. Menyaksikan seorang janda yang maju memberikan persembahannya, Ia berkata, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu [...] janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (Luk 21,3-4).

Hanya Yesus yang tahu bahwa dengan memberikan dua peser uangnya, janda ini mempertaruhkan hidupnya, ia kini menggantungkan hidupnya, nafkahnya kepada kebaikan Tuhan lewat orang-orang di sekitarnya. Ia memberikan lebih banyak, karena ia tengah memberi dengan penuh keyakinan bahwa hidupnya tak perlu dicemaskan. Tuhan membantu memenuhi kebutuhannya pada waktunya. Ia percaya bahwa Allah inilah yang akan terus memperhatikan, memeliharanya. Karena itu, ia tak memiliki keinginan lain selain BERADA BERSAMA ALLAH DAN MEMBIARKAN DIRINYA DIPERKAYA OLEH ALLAH.

Persis inilah cara hidup dan cara memberi yang dikehendaki Allah bagi kita semua orang beriman. Bahwa kita seyogyanya peka melihat kebutuhan Tuhan dalam diri sesama yang sangat membutuhkan bantuan dan pemberian kita, kendati dengan melakukankannya, kita mungkin harus mempertaruhkan hidup kita. Saya merasakan hal yang sama ketika membantu saudara yang sangat mengharapkan bantuan bagi perjalanannya saat ia mendatangi saya.

Semoga kita juga terinspirasi bacaan hari ini dan memperhatikan juga cara kita menilai orang yang datang kepada kita dan cara kita memberikan sesuatu kepada mereka. Kiranya kita memberi sebagai ekspresi cinta kita kepada Allah dan kasih kita kepada mereka. Dan kita bisa memberikan secara benar ketika kita bekerja dengan sungguh, berbuat amal, berdoa dan berkorban karena cinta kita kepada Kristus yang kita jumpai dalam diri saudara-saudari kita.

Marilah kita berdoa,

Tuhan Yesus Kristus, sadarkanlah aku bahwa hidupku seluruhnya pemberianMu. Kiranya aku tak pernah lelah untuk menyampaikan terimakasihku ini melalui persembahan dan pemberian diriku. Ya Tuhan, Engkaulah hidupku, Engkau mengundangku selalu untuk memberikan dengan murah hati, memberikan lebih sering dan memberikan lebih dengan cinta kasih tulus. Bukalah hatiku Tuhan dan bekerjalah melalui aku untuk dunia yang Kaukehendaki. Amin.

Copyright © Ledalero, 21 Nopember 2010, by Ansel Meo SVD



Saturday, November 20, 2010

07. BISAKAH KITA MEMBELANYA


Minggu, 21 Nopember 2010

HARI RAYA KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM

Bacaan : Luk 23, 35-43

Iman kita akan Kristus yang kita rayakan pestaNya sebagai Raja Semesta Alam hari ini, sesungguhnya menghadapkan kita kepada kenyataan Salib sebagai jalan pemuliaan Sang Raja.

Tentang drama penyaliban Yesus, Lukas dalam Injil yang dibacakan hari ini mencatatnya demikian, "Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia [...] juga prajurit-prajurit mengolok-olokan Dia [...] bahkan seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia [...], tapi yang seorang menegornya seraya membela Yesus katanya, 'orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah'. Dan ia berkata kepada Yesus, 'Yesus, ingatlah akan Aku, apabila kelak Engkau datang sebagai Raja'. Dan Yesus berkata kepadanya, 'Hari inipun engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus'."

Hari ini kita merayakan Hari Raya Kristus Raja semesta alam, satu hari raya yang sekaligus menandai pula akhir dari sebuah perjalanan bersama Sang Sabda yang kita kenal sebagai Tahun Liturgi Gereja. Dan pada kesempatan perayaan ini, kita disuguhkan drama penyaliban Yesus, yang adalah Kristus yang kita akui sebagai orang yang memberikan kita arti kehidupan, memberi arahan dalam kehidupan kita.

Tetapi apakah pengakuan kita akan Dia sebagai Raja adalah sebuah pengakuan yang tulus, yang lahir sebagai ungkapan iman sejati kepada Dia yang memberi arti bagi cara berada kita? Sungguhkah Dia ini Raja? Bagaimana mungkin para pemimpin mengejek Dia, para serdadu mengolokNya, si penjahat yang disalibkan bersama Dia menghujatNya? Bagaimana mungkin Ia ini Raja, sementara banyak orang ingin agar kenangan akan Dia hilang dari muka bumi, musnah dari kehidupan publik?

Drama seperti ini rasanya tak hanya berhenti ketika mereka menyalibkan Dia hingga wafat. Kecendrungan untuk menghilangkan kenangan akan Dia terus terjadi hingga saat ini, baik oleh mass media, kampanye yang memfitnah juga yang mengatasnamakan agama, seperti yang tengah terjadi di bumi kita Indonesia.

Berhadapan dengan semua kekerasan terhadap Dia sang Raja, ada banyak orang yang tahu dan melihat semuanya. Mereka menyaksikannya dan tak berbuat apa-apa. Mereka tahu bahwa Yesus Kristus dan segala kepentinganNya sementara dihajar, diejek, ditindas dalam segala aspek hidup, tetapi mereka bahkan mungkin kita memilih diam dan tak berbuat apa-apa.

Masih bersyukur ada seorang yang masih percaya dan bertindak untuk membelaNya. Dialah penjahat yang bertobat. Dia yang tersalib bersama Yesus, masih melihat ketidak bersalahan Yesus. Dia masih mengenali Yesus tersalib sebagai seorang Raja yang sedang memaklumkan kerajaan dan kuasa kasihNya. Dia melihat Kristus dalam diri seorang tersalib. Dan ternyata tak sia-sia imannya. "Hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus", kata Yesus kepadanya menjawabi tindakan berimannya. Ia mendapat rahmat dan keselamatan yang kekal.

Dan hadiah ini diberikan oleh Kristus, Raja semesta alam, Dia yang ketika mati hanya ditemani segelintir sahabat-sahabatNya, yang tanpa kekayaan, tanpa serdadu dan alat kekuasaan. Yang Ia punyai saat itu dan tetap dimilikiNya hingga kini dan seterusnya adalah hati yang mencintai sahabat-sahabatNya sampai sehabis-habisnya. Akankah kita mengikuti Raja yang demikian?

Kiranya dengan merayakan Hari Raya ini, kita diberi rahmat dan keberanian untuk hadir dan bersaksi untuk Kristus, bahkan bisa membelaNya dan segenap kepentingan Kerajaan KasihNya. Kiranya kita tidak tinggal diam saja, tetapi berani membela Dia yang mencintai kita sampai sehabis-habisnya, dan tidak diam saat menyaksikan Yesus Tuhan kita dihina, diolok, dianiaya, dan saat NamaNya hendak dihilangkan orang dari kehidupan bermasyarakat.

Tuhan Yesus Kristus, semoga kami tak tinggal diam saja seperti banyak orang di Golgota yang melihat penyalibanMu. Beri kami kekuatan untuk berdiri dan membela kepentinganMu. Tolonglah kami Tuhan, untuk tidak pernah lagi menyangkalMu dalam kehidupan kami, AMIN.

Copyright @ Ledalero, 20 Nopember 2010, by Ansel Meo SVD




Friday, November 19, 2010

06. PADA YESUS ADA SEMUA JAWABAN

Sabtu, 20 Nopember 2010

Bacaan : Lukas 20, 27-40


Entah disadari ataupun tidak, hidup kita dilingkupi oleh banyak pertanyaan yang ingin kita temukan jawabannya. Juga pertanyaan seputar iman dan pencaharian kita akan yang Absolut, usaha kita untuk menemukan kebahagiaan sejati, dan sebagainya.

Kepada beberapa orang Saduki yang mendatangiNya, yakni orang-orang yang tak percaya akan adanya kebangkitan, Yesus menyampaikan pernyataan berikut ini, "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bahagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati itu, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka adalah anak-anak Allah [...] mereka telah dibangkitkan," (Luk 20, 34-36).

Jika kita ikuti alur cerita Injil ini, kita sebenarnya tengah dihadapkan pada realitas keseharian kita, bahwa kita seperti halnya kaum Saduki memang mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam kehidupan kita. Terhadap pertanyaan - pertanyaan ini, juga berbagai problem kehidupan serta keraguan-keraguan, kita bisa mencari jawabannya pada Yesus. Juga kalau kita bertanya tentang bagaimana nasib dan keadaan kita ketika telah meninggal, atau ketika kita berada di Sorga bersama dengan Allah.

Mungkin saja jawaban yang diberikan Tuhan tidak sesuai dengan harapan kita ataupun tak sejalan dengan apa yang kita butuhkan. Walaupun demikian, satu hal ini bisa kita yakini, bahwa kontak kita, apalagi kontak berkelanjutan dengan Tuhan, akan memberikan kita jawaban ataspertanyaan tentang Sorga, ataupun jawaban tentang model kebahagiaan macam mana yang pas untuk kehidupan kita, baik kini maupun kehidupan yang akan datang.

Jadi sangatlah penting kita sadari bahwa sebagai orang beriman, kita hendaknya selalu berkomitmen untuk melibatkan Kristus Tuhan kita dalam setiap percakapan kita, dalam rencana kita dan dalam usaha dan pekerjaan kita. Bercakap-cakap dengan Yesus tentang pekerjaan, rencana dan keadaan kita, adalah jalan dan cara untuk menyenangkan Dia yang adalah Tuhan atas kehidupan kita.

Mengapa demikian? Karena seperti halnya kepada orang Saduki, Yesus juga mengingatkan kita hari ini bahwa Dia dan Bapa adalah Allah yang menghidupkan. Allah yang hadir dalam keseharian kita, Allah yang hidup bersama kita. Allah memberikan kita hidup, walaupun kita cendrung untuk menghilangkannya karena kelemahan kita. Allah selalu mengarahkan perhatian kita kepada SorgaNya, kepada kerahimanNya, kepada kediamanNya yang abadi. Allah yang selalu menghantar kita kepada persatuan yang intim denganNya, ke dalam perjamuan perkawinan abadi bersamaNya. Di Sorga inilah, perkawinan insani mendapatkan wujud ilahinya, yakni perstuan yang mesra setiap insan dengan Allahnya sendiri.

Kiranya hari ini, kita semua dimampukan untuk menemukan Dia dalam segalanya, menjumpai Dia yang adalah Allah yang menyediakan SorgaNya bagi kita anak-anakNya.

Marilah kita berdoa,

Ya Tuhan Yesus Kristus, melalui wafat dan kebangkitanMu, serta melalui Sakramen Baptis, Engkau telah menjadikan kami anak-anak Allah. Semoga kami menghormati martabat mulia yang telah kami terima dengan cuma-cuma ini. Berikanlah kami rahmatMu untuk selalu hidup sesuai dengan karuniaMu ini. Dan berkatilah Tuhan semua yang kami sapa dalam pewartaan ini. Amin.

Copyright © Ledalero, 19 Nopember 2010, by Anselm Meo SVD

Wednesday, October 13, 2010

05. KUNCI PENGETAHUAN

Kamis, 14 Oktober 2010

Bacaan : Ef. 1, 1-10 dan Luk. 11, 47-54


Dalam banyak kesempatan pertemuan dengan orang-orang yang saya anggap memiliki kompetensi dan keahlian khusus di bidangnya, saya selalu dibuat terkagum-kagum akan kehebatan pemahaman dan keahlian, juga ketrampilan yang mereka miliki. Saya betul memberikan penghargaan dan apresiasi tinggi buat mereka. Berbincang dengan mereka, di bayangan saya selalu terbersit pikiran ini, 'pengetahuan dan ketrampilan ini tentu kalau dijalankan, manfaatnya akan terasa luar biasa bagi masyarakat di mana mereka hidup bersama'.

Sebuah pengungkapan yang wajar, tentu saja. Namun ketika saya bertemu dengan beberapa kenalan yang juga mengenal 'orang ahli' tadi, selalu kesan yang sama muncul dalam cerita mereka. "Pengetahuannya memang begitu, tapi kami belum pernah lihat kenyataannya. Kami belum pernah merasakan buktinya yang memperbaiki kualitas hidup kami."

Yesus dalam bacaan Injil hari ini kembali mengecam orang Farisi, yang memang dalam pandangan orang banyak di masa itu, memiliki segala kehebatan, pengetahuan dan ketrampilan untuk menjadi orang yang patut dicontoh. Bukan cuma itu, kehebatan dan pengetahuan mereka malah bisa membantu orang-orang yang hidup bersama mereka mengalami kehidupan yang lebih baik. Kecaman itu berlandasan, karena mereka memiliki apa yang disebut KUNCI-KUNCI PENGETAHUAN, tetapi mereka tak menggunakannya, malah mempersulit orang untuk mengaksesnya. "Celakalah kamu hai ahli Taurat, karena kamu mengambil kunci pengetahuan, dan kamu sendiri tidak masuk ke dalam dan orang yang berusaha untuk masuk, kamu halang-halangi."

Sebuah himbauan yang gemanya juga sangat besar buat kita semua yang memiliki segala kemungkinan pengetahuan, entah itu di bidang rohani, juga di berbagai keahlian di berbagai profesi., entah di sektor swasta, bisnis, pemerintah maupun LSM.

Baiklah kita bertanya jujur di hadapan Tuhan, apakah kita sungguh menggunakan semuanya itu untuk perubahan dan kebaikan orang banyak, terutama orang-orang kecil dan susah di sekitar kita?

Tuhan, kami juga Kau beri akses kepada kunci-kunci pengetahuan. Sering kali kami menguburkannya, kami malas mengembangkannya dan tak bertanggung jawab terhadap orang yang dengannya kami hidup. Tuhan semoga kami bertobat agar kami tidak celaka, seperti peringatanMu sendiri. Amin


Copyright@ Ledalero, 13 Oktober 2010, by Ansel Meo SVD

Monday, October 11, 2010

04. MENGHARGAI MANUSIA DALAM KESEMPATAN BERTEMU


Selasa, 12 Oktober 2010

Bacaan : Gal. 5, 1-6 dan Luk. 11, 37-41

Dalam berbagai kesempatan doa makan, terutama makan siang di rumah mereka yang mengundangku, hampir pasti isi doa saya setelah makan, selain bersyukur untuk rezeki yang baru disantap, tetapi juga mohon agar Tuhan memberkati pekerjaan yang akan dibuat soreh hari nanti dan terutama mendoakan setiap orang yang akan kujumpai sore hingga malam hari nanti.

Ketika ditanya, kenapa saya selalu mengucapkan doa itu, secara sangat singkat saya jawab, "Agar mereka yang akan kutemui, saya temui sebagai orang yang sudah diberkati Tuhan. Saya akan bertemu dengan orang yang telah kuberkati dalam doaku."

Dalam bacaan liturgi hari ini, kita bertemu dengan Yesus yang diundang makan oleh seorang yang sebenarnya menjadi tokoh agama dan tokoh masyarakat. Sesungguhnya pertemuan mereka adalah momen rahmat, ketika Yesus dijamu dan dia yang mengundang mendapatkan berkat bahkan hanya karena kehadiran Yesus di rumahnya. Tetapi, pertemuan itu baginya bukanlah sebuah ungkapan kebajikan tetapi sebuah momen pengadilan atas apa yang akan Yesus ucapkan dan Yesus lakukan. Ia tidak bebas dan tidak menunjukkan dirinya sebagai seorang yang telah mengalami Allah sang pembebas.

Dan ia menggunakan kesempatan itu untuk menunjukkan siapa dirinya, seorang ahli hukum, seorang ahli agama yang terpelajar. Sayang sekali, inti hukum dan agama yang seharusnya ia wartakan dilupakan, yakni penghargaan terhadap manusia yang dijumpainya, manusia yang menjadi subyek hukum dan peraturan itu. Makanya, Yesus tak sungkan mengalamatkan kritikan demi perbaikan kepadanya, "Bersihkanlah yang di dalammu, maka semuanya menjadi bersih."

Sebuah seruan yang menggugat praktek hidup dan praktek keagamaan kita semua. Amat sering kita pergi menemui orang dengan praanggapan kita, dengan meremehkan kedudukan dan pribadi orang. Dan seringkali hubungan baik tak bisa diperbaiki karena orang bersikeras dalam pendapat tentang dirinya sebagai benar dan yang lain sebagai kurang benar. Sebetulnya kebiasaan ini menjadikan kita polisi dalam hidup. Pertemuan kita dengan siapapun hendaknya menjadi momen di mana kita bertemu dengan orang yang telah diberkati. Kalau kita dan dia adalah orang yang diberkati, maka kita sesungguhnya disatukan oleh Allah sang asal Hukum dan Peraturan, dan kita semua menjadi orang-orang bebas, anak-anakNya sendiri.

Tuhan, semoga kami terbiasa memberkati orang lain. Semoga kebiasaan mengucapkan salam menambahkan keyakinan iman kami kepadaMu Allah yang menciptakan kami sebagai anak-anakMu yang bebas dan saling menghargai. Amin.

Copyright @ Ledalero, 12 Oktober 2010, By Ansel Meo SVD

3. MENGHARGAI TANDA DALAM KESEHARIAN KITA


Senin, 11 Oktober 2010

Bacaan :

Gal. 4, 22-24.26-27.31; 5,1 dan Luk 11, 29 - 32


Seorang sahabat menulis di laman webnya sebuah pertanyaan yang diajukannya kepada Tuhan. Ia mempostingnya demikian, "Tuhan Engkau ada dimana saat negri ini dihantam Bencana, Wasior Papua luluh lantah, tsunami, gempa. Kau tahu bahwa itu ulah manusia . Engkau penguasa langit dan Bumi. Tolong Tuhan, jangan murka, kasihanilah Umatmu' ini." Di manakah Engkau ketika jerit tangis anak2 kehilangan ayah ibunya? Where is God; Dove 'e Dio. Solo Tu sei la Nostra Speranza ..."

Membacanya dengan penuh perhatian, permenungan saya membawa saya ke tempat di mana bencana terakhir terjadi, juga ke berbagai lokasi di dekatku, ketika pertanyaan yang sama seperti dia diajukan oleh mereka yang kukenal, kucintai.

Walau tak mengontak sahabatku itu, dan mengunjungi mereka yang di dekatku dengan pengalaman yang sama, pertanyaan mereka telah mengetuk hatiku. Aku bahkan mempersalahkan diriku, "Betapa mudahnya aku mengabaikan tanda yang nampak di hadapanku, yang berlalu di benakku."

Bacaan-bacaan hari ini meminta kita untuk menghargai TANDA itu. Paulus dalam bacaan pertama mengingatkan umatnya bahwa kita bukan anak-anak perhambaan tetapi anak dari ibu yang merdeka. Dan Yesus dalam bacaan Injil menolak untuk memberikan tanda agar umat pada masaNya percaya kepadaNya.

Tetapi apakah Yesus memang sungguh-sungguh menolak memberikan tanda itu agar mereka percaya? Rupanya tidak. Dengan berbicara tentang tanda Yunus, Yesus menunjukkan bahwa kematian dan kebangkitanNya adalah tanda syah perutusanNya. Juga mengisahkan tentang Ratu yang datang kepada Salomon untuk mendapatkan klarifikasi tentang kebijaksanaannya, sesungguhnya memperjelas bahwa warta dan ajaran Yesus yang mereka dengar lebih hebat dari kebijaksanaan Salomon. Yesus sedang menunjukkan Tanda Allah yang hidup yang disaksikanNya. Yesus sendiri Tanda itu.

Kita memang seyogyanya menjadi lebih peka menyaksikan tanda di sekitar kita. Ada begitu banyak tanda yang mengajar dan mengajak kita untuk bertindak baik dan bijak, mulai dari penghargaan terhadap kehidupan sampai kepada usaha untuk mempromosikan hidup. Dan tentu tanda terbesar kita temukan pada Dia yang adalah Kehidupan itu sendiri, Yesus Kristus sendiri. Kita menggunakan tandaNya, dimeteraikan dengan TandaNya, dan dipanggil dengan namaNya.

Apakah kita masih terus mempersalahkan Allah? Ataukah mulai sekarang menjadi lebih peka dan peduli akan upaya menghadirkan tanda Allah itu di tengah dunia?

Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Putra Allah, Tanda Kasih Allah bagi dunia. Kiranya kami yang menyebut diri kami dengan nama Kristen, namaMu sendiri juga menjadi tanda kasih Allah di manapun kami berada. Amin.

Copyright @ Ledalero, 11 Oktober 2010 by Ansel Meo SVD