Friday, November 25, 2011

50. Berjaga dan Bergegas Menyambut Tuan Rumah

Minggu, 27 Nopember 2011
Minggu 1 Masa Adventus, Tahun B
Bacaan : Yes 63,16-17.19; 64, 2-7; 1 Kor 1,3-9 dan Mk 13,33-37

Kemarin saya mengunjungi seorang sahabat karib saya di Sao Wisata, Waiara - Maumere. Setelah sekian lama tak jumpa, kesempatan pertemuan itu kami isi dengan syeringkan banyak hal. Satu topik yang juga masuk dalam percakapan kami ialah soal rumah. Saya membaca baginya syair lagu yang kusiapkan untuk animasi Eko Pastoral, dengan judul "Bahagia di RumahMu Tuhan".

Refrein berbunyi sebagai berikut: "Inilah Tuhan rumahMu untukku, Rumah yang aman Rahim untuk hidup, Pelataran Allah kediaman dambaan, kurindukan selalu berbahagia di sana." Sebuah penggalan syair yang menunjukkan bahwa rumah sejati adalah kediaman bersama Allah, yang sering dipercayakan Allah begitu saja kepada manusia untuk dirawat, dikelola dan dijadikan sebagai kediaman dambaan.

Hari ini kita masuki Minggu Pertama Masa Adventus dalam tahun B masa liturgi Gereja. Menariknya, bacaan Injil maupun bacaan liturgi hari ini mengarahkan perhatian kita kepada konsekwensi yang diminta Tuan Rumah yakni ALlah sendiri ketika Ia dengan tahu dan mau mempercayakan rumah ini untuk kita kelola, kita rawat dan kita budayakan sebagai rumah kediaman dambaan kita.

Ketika kita bilang rumah Allah, maka sifat Allah yang rahim sesungguhnya menjadi sifat yang harus kita ikuti dan kita wujudkan baik dalam hubungan kita dengan sesama dan diri kita, maupun dalam hubungan kita dengan alam dan tanah serta dalam hubungan kita dengan Allah sendiri. Dan Yesus bilang hari ini, "Berjagalah".

Untuk seorang beriman, yang beriman kepada Allah dalam agama manapun, ajakan untuk berjaga sesungguhnya bernada sangat positip, bukan sebagai peringatan yang menakutkan. Berjaga bagi kita adalah sebuah ajakan untuk merangkul hidup dan mengisinya secara aktif dan dinamis. Melakukan tugas bukan sebatas yang ditugaskan, tetapi melihatnya dalam kerangka bergegas menyambut Tuan Rumah yang mengasihi kita seisi rumah. Itu artinya menjalankan hidup ibarat menyiapkan pesta yang menyukakan hati Tuannya, menyukakan hati seisi rumah, manusia dan alam semesta.

Adventus karenanya adalah kesempatan untuk menegaskan kembali komitmen kita untuk mengelola rumah-rumah kita, mulai dari inti diri kita yakni suara hati kita, rumah tangga kita, rumah ibu pertiwi kita dan rumah Allah yang adalah rahim kehidupan buat semua.

Tuhan, rumahMu adalah kediaman dambaan buat kami semua, manusia dan seluruh alam semesta. Kiranya kami yang Kaupercayakan rumahMu untuk dikelola ini, boleh menjadi pengelola yang siaga, yang berjaga dan bergegas untuk menyambutMu Tuhan kehidupan kami semua. Amin.

Copyright @ Ledalero, 26 Nopember 2011, by Ansel Meo SVD