Tuesday, February 1, 2011

42. MEREKA MEMPERSEMBAHKAN

Rabu, 2 Pebruari 2011

Pesta Yesus Dipersembahkan Di Bait Allah

Bacaan : Mal. 3, 1-4 dan Luk 2, 22-40


Saat kutuliskan renungan ini, terdengar lagu-lagu yang dibawakan oleh koor gabungan para frater dan OMK dari kapela Seminari Tinggi. Lagu yang dipersembahkan untuk sebuah perayaan iman, persembahan hidup dua biarawan muda yang mengikrarkan kaul kekal mereka hari ini. Hal - hal ini mengingatkan saya sendiri akan hari penting dalam hidupku sebagai seorang biarawan, ketika seperti mereka kami pun mengikrarkan kaul-kaul kebiaraan kami dalam Serikat Sabda Allah. Tentang peristiwa itu, saya teringat kata-kata sahabat karibku yang kemudian tak melanjutkan perjalanan seperti aku, "Kenapa kau cepat-cepat berkaul kekal?" Dan jawabanku saat itu ialah, "Cepat atau lambat, hari ini atau setahun lagi, akulah yang harus memutuskan untuk memberikan persembahan diriku, bukan orang lain."

Hari ini Gereja merayakan Yesus dipersembahkan ke Bait Allah. Sebuah pesta yang sering kali diasosiasikan dengan persembahan hidup bakti dari kalangan religius, biarawan-biarawati. Mengapa dinamakan demikian, persembahan hidup? Walaupun diinstruksikan oleh tradisi atau kebudayaan setempat, persembahan Yesus ke Bait Allah oleh kedua orangtuanya adalah wujud sikap untuk menyerahkan hidup sang anak kepada penyelenggaraan Allah, agar Allah menjalankan rencanaNya atas setiap anak manusia.

Bacaan - bacaan hari ini juga menampilkan aspek yang sama. Maleakhi melukiskan tentang kehadiran orang utusan Allah yang mempersiapkan jalan, mempersiapkan hati orang agar mereka bisa mempersembahkan kepada Allah menurut ukuran keadilan. Juga Bacaan Injil ketika mengisahkan tentang persembahan Yesus oleh orangtuanya ke kenisah, menampilkan perisriwa persembahan itu dengan sebuah persembahan yang disimbolkan dengan dua ekor burung merpati, persembahan miliki orang sederhana, yakni mereka yang henya bisa mengandalkan Tuhan sebagai yang memperhatikan hidup mereka.

Setiap kita yang percaya kepada Kristus sebenarnya punya keyakinan yang sama ini seperti tokoh-tokoh dalam bacaan hari ini. Bahwa perjalanan hidup yang berkenan kepada Allah sesungguhnya adalah perjalanan hidup bersama dengan Allah, perjalanan yang mengandalkan Allah. Pesta hari ini mengajak kita sekali lagi untuk mempersembahkan hidup kita, tapak-tapak perjalanan harian kita sebagai sebuah perjalanan bersama Allah, perjalanan yang mengandalkan Allah.

Tuhan, bersama dengan persembahan diriMu hari ini kepada Allah, kami juga mempersembahkan diri kami bersama seluruh karya dan perjalanan hidup kami. Semoga kami selalu mengandalkan Engkau ya Allah dalam memperjuangkan keadilan dan kebenaran dalam hidup ini. Amin.

Copyright @ Ledalero, 2 Pebruari 2011, by Anselm Meo SVD

Monday, January 31, 2011

41. TERARAH PADA YESUS

Selasa, 1 Pebruari 2011

Bacaan : Ibr. 12, 1-4 dan Mk. 5, 21-43
Beberapa waktu yang lalu, saya mengalami kecelakaan sepeda motor dan mengalami luka ringan namun membawa saya juga sampai beristirahat di rumah sakit. Kejadiannya memang sangat sederhana, namun mengenangkan rentetan peristiwa penting sebelum kejadian ini, membuatku berpikir bahwa memang ada manfaat dari kecelakaan itu terhadap diriku sendiri juga terhadap orang yang saya persembahkan hari ini untuknya.

Berawal dari kunjunganku ke rumah sakit mengurus pasien yang datang dari jauh. Setelah mengurusnya, saya sempat juga mengunjungi seorang anak berusia 6 tahun yang mengalami operasi berat dan kondisinya sangat kritis. Melihat putri cilik ini, hati saya menaruh iba dan saya mendoakan, menumpangkan tangan atasnya, dan mendoakan semua yang berjaga bersama anak itu. Untuk meneguhkan mereka, saya berujar sebelum meninggalkan mereka, "Saya akan mendoakanmu secara khusus dan menjalankan semua peristiwa hari ini sebagai korban untukmu, nak!" Dan sebagaimana biasa, saya memang berjalan, sambil berdoa bagi keselamatannya.

Dan ketika kecelakaan itu terjadi, saya masih berpikir tentang putri cilik ini dan berkata dalam hatiku, "Syukur, sialnya ada padaku, dan anak ini pasti selamat". Dan ketika masuk rumah sakit dengan segala ornamen ferban luka yang ada di wajah, di tanganku, aku mengunjungi dia lagi dan berkata, "engkau akan baik-baik saja, nak, juga untuk operasimu yang berikut." Ia memang sembuh dan melewati operasi besar kedua dengan selamat.

Kisah sederhana ini saya tampilkan di sini untuk menekankan tentang pentingnya mengarahkan perhatian kepada sesuatu yang dianggap penting, bahkan mempersembahkan kesulitan dan perjalanan harian sebagai korban bagi hal yang penting itu. Dan bacaan hari ini juga menyinggung tentang perlunya sikap mengarahkan pandangan dan perhatian kepada yang penting demi mencapai sesuatu yang bernilai. Bacaan pertama misalnya melukiskannya dengan indah, "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus ..." dan bacaan Injil berkisah tentang usaha seorang perempuan yang sakit pendarahan untuk mendekati Yesus demi penyembuhan dirinya. Markus bilang, " [...] Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah orang banyak ia mendekati Yesus dan menjamah jubahNya..[...]."

Mengarahkan perhatian kepada sesuatu yang dianggap penting apalagi yang penting itu berhubungan dengan Tuhan, memang tak pernah sia-sia. Pasti ada buahnya, pasti ada hasilnya. Tentu hal itu tidak berkaitan dengan pentingnya konsentrasi, tetapi perlunya sebuah intensi luhur, mempersembahkan keseharian, menanggung kesulitan bahkan penderitaan dengan gembira, karena tahu bahwa hasilnya bermanfaat bagi orang yang kita doakan.

Kalau perempuan dalam Injil itu melakukannya untuk dirinya sendiri, dan saya melakukannya demi keselamatan anak yang saya doakan, maka setiap orang Kristen, kita semua seyogyanya menjadi yakin bahwa apapun yang kita lakukan dengan sebuah intensi luhur, maka kita sesungguhnya menghadirkan intervensi Tuhan bagi sesama yang membutuhkan. Tidak ada yang sia-sia, kalau kita mau berkorban bagi orang yang menderita, orang yang susah. Karena Tuhan pasti mengulurkan tanganNya kepada mereka.

Tuhan Yesus, Engkau selalu memiliki maksudMu dalam semua peristiwa hidup kami. Mungkin saja kecil sekali korban yang kami buat, namun mengingat Engkau yang tengah berkarya bagi dunia kami ini, kami mau menjalankan korban-korban kecil itu demi mendatangkan keselamatan bagi dunia kami dan para penghuninya. Amin.

Copyright @ Ledalero, 31 Januari 2011, by Anselm Meo SVD