Saturday, January 28, 2012

52. KEKUATAN (SABDA) YANG MEMBERSIHKAN KUASA DOSA

Minggu, 29 Januari 2012

Hari Minggu Biasa IV, Tahun B
Pesta St. Yosef Freinademetz

Bacaan : Ul. 18, 15-20, 1 Kor.7,32-35 dan Mk. 1,21-28

Kisah tentang kekuatan yang membelenggu manusia, yang nampak dalam berbagai kejahatan memang bukanlah sesuatu yang baru dalam masyarakat kita. Setiap zaman memiliki kisahnya, entah berdasarkan pada kenyataan maupun yang diciptakan menakut-nakuti orang. Untuk menghadapi kekuatan yang demikian, kesan umum yang muncul ialah bahwa orang menggunakan kekuatan kata, mantra, kekuatan doa yang selalu menyertai aksi atau ritual tertentu.

Rupanya ini juga terjadi pada masa Yesus. Satu dari sekian banyak karya Yesus yang ditunjukkan pada awal penampilan di depan umum, kita temui dalam perikope Injil hari ini. Penginjil Markus melukiskannya demikian, "... ada seorang yang kerasukan roh jahat. Ia berteriak, 'Apa urusanMu dengan kami ... Engkau datang hendak membinasakan kami? [...] Yesus menghardiknya, 'Diam, keluarlah daripadanya!'" (Mk 1,23-25). 

Menghadapi kuasa kejahatan, Yesus sang Sabda Allah yang penuh kuasa itu menampilkan kuasa yang mampu membebaskan orang dari kuasa dosa yang nampak dalam kuasa kejahatan itu. Ia menyampaikan kata-kataNya yang kuasa, Sabda yang berdaya menyelamatkan dan membebaskan orang yang kerasukan itu dari kekuatan dosa. "Diam, keluarlah daripadanya!", demikian Sabda yang diucapkan Yesus.

Inilah pernyataan kepada publik bahwa Sabda Yesus itu berdaya, tak akan mampu dikalahkan oleh kekuatan apapun di atas bumi ini. Pernyataan seperti ini mengandung pesan juga bahwa Dia Tuhan sedang berkarya, Dia beraksi untuk menghasilkan kebaikan, untuk mengurangi semua pengaruh dosa bahkan melenyapkan atau mengalahkannya.

Pesan seperti ini memang sejalan dengan maksud penulisan Injil Markus, yang menitik beratkan pada kuasa mengajar Yesus daripada perbuatan ajaib yang dilakukannya.

Bagaimana kita menanggapi pesan ini? Saya kira secara singkat kita diajak untuk percaya dan yakin lagi akan kekuatan Sabda Allah yang berdaya. Sabda itu mampu membersihkan kita dari kekuatan dosa. Untuk itu tentu perlu kita membaktikan diri, waktu kita untuk bergaul dengan Sabda Allah itu.

Santu Yosef Freinademetz, imam dan misionaris sulung serikat Sabda Allah yang membaktikan seluruh hidupnya bagi pewartaan Sabda Allah di negeri Cina bisa menjadi contoh komitmen terhdap sabda Allah. Kiranya doanya menemani kita untuk percaya dan mendekatkan diri pada Sabda Allah. Sabda inilah yang akan membebaskan kita dari kuasa kejahatan dan dosa.

Tuhan Yesus, kuatkan kami untuk percaya akan SabdaMu yang membersihkan kami dari kuasa dosa dalam diri kami. Amin.

Copyright @ Ledalero, 28 Januari 2012, by Ansel Meo SVD



Friday, January 27, 2012

51. PEMIMPIN ITU PELAYAN YANG BERIMAN

Sabtu, 28 Januari 2012
Bacaan : Keb 7:7-10.15-16 dan Mat 23:8-12

Warta gembira yang disampaikan Yesus Tuhan hari ini mengingatkan kita semua demikian, “Barangsiapa terbesar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu.”(Mat 23:8-12)

Ajakan ini bukan hanya khas untuk yang beriman akan Yesus Kristus sebagai Tuhan, tetapi saya kira juga merupakan prinsip yang dalam ilmu kepemimpinan, paling kurang yang saya perkenalkan kepada para mahasiswa saya yang mengikuti kuliah kepemimpinan pastoral. Secara organisatoris, kita tahu bahwa pemimpin memang adalah yang terbesar, dan berada pada tingkat paling atas kelompoknya. Namun jika menelaah karakter tugasnya sebenarnya mereka berarti karena mereka terlibat dalam pelayanan,dalam melayani orang yang berada dalam tanggung jawabnya: orangtua terhadap anaknya, guru terhadap muridnya, pemerintah terhadap rakyatnya, dan tentu juga pastor terhadap umatnya.

Siapapun kita, kalau bercermin pada sabda Tuhan di atas, bila kita adalah orang yang memegang kendali pengaruh atas orang lain dan orang banyak, akhirnya wajib ingat bahwa kita diberi tugas memimpin bukan mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya bagi diri kita, tetapi memberi keuntungan sebesar-besarnya bagi mereka.

Tugas ini tentulah tidak ringan. Kita butuh kebijaksanaan, yang hemat saya adalah sebuah pemberian dan anugerah dari yang di atas.Kata kitab kebijaksanaan hari ini, Maka itu aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan dari pada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa." Kalau sudah begini, pemimpin mau tak mau harus mengandalkan roh kebijaksanaan dari yang di atas, dari Tuhan. Pemimpin hendaklah menjadi seorang yang mengandalkan Allah, seorang beriman.

Mari kita menjalankan tugas memimpin ini sebagai seorang yang beriman. Selamat memimpin sebagai seorang beriman.

Copyright @ Ledalero, 27 Januari 2012, by Ansel Meo SVD