Wednesday, February 1, 2012

56. BUKAN UNTUK PESTA YANG MENGORBANKAN YANG LAIN

Jumat, 03 Pebruari 2012

Bacaan : Sir. 47,2-13 dan Mk. 6,14-29

Ketika membaca koran dan menonton berita televisi di tanah air dewasa ini, kita disuguhkan banyak kisah yang sungguh membuat hati kita sedih. Di satu sisi kita sadar bahwa kemiskinan, bencana, penderitaan rakyat adalah kisah yang memanggil kita semua untuk menyikapi dengan solidaritas dan kegesitan untuk membantu mereka. Di sisi yang lain, kita menjadi geram menyaksikan sekelompok 'orang pilihan' yang sudah bergelimang rejeki tapi tetap juga berpesta pora menghabiskan apa yang bukan hak mereka. Kisah korupsi dan berbagai penyalahgunaan wewenang dan uang ibarat sebuah pesta yang diadakan dengan mengorbankan hidup orang lain.


Penginjil Markus hari ini menampilkan kisah Herodes dan sekutunya yang berpesta ria dan dalam kesempatan itu dia juga mengeksekusi Yohanes demi menggembirakan para tamu yang hadir pada pestanya. "Akhirnya tiba juga kesempatan yang baik bagi Herodias, ketika Herodes pada hari ulang tahunnya mengadakan perjamuan untuk  pembesar-pembesarnya [....] Raja segera menyuruh seorang pengawal [...] ia membawa kepala itu di sebuah talam dan gadis itu memberikannya pula kepada ibunya".
 
Pesta yang diadakan sang Raja menjadi ajang eksekusi dan saat mengorbankan orang tak bersalah hanya karena "sumpah yang diucapkan" di hadapan pembesar dan para koleganya.
Kita pantas bertanya di sini, 'untuk apakah orang dipilih, lalu mengangkat sumpah sebagai raja, sebagai penguasa, sebagai pemimpin suatu masyarakat?' Untuk memberi keuntungan bagi masyarakat pemilihnya, ataukah untuk mengorbankan masyarakat pemilihnya demi gengsi jabatannya? Jawabannya ialah tentu untuk memberi keuntungan sebesar-besarnya bagi rakyatnya, bukan sebaliknya mengorbankan nyawa mereka.

Kalau begitu pilihan sejati harus dibuat terus menerus. Dalam hal ini kisah Daud sebagaimana dilukiskan oleh Kitab Sirakh bisa memberikan kita arah dan pencerahan. Daud. Sebagai seorang pilihan, Daud dalam tindakannya selalu mengingat maksud Allah mengangkatnya sebagai Raja, 'mengalahkan dan melumpuhkan musuh bersama rakyatnya, memuji nama Tuhannya dan berpesta untuk memuliakan Tuhan dan karena itulah dosa-dosanya diampuni oleh Allah dan dilupakan rakyatnya'.

Maka sekarang inilah pokok soalnya. Kepercayaan orang pada pemimpinnya, siapapun dia berkaitan dengan tugas sang pemimpin untuk menuntun orang kepada kehidupan dan pilihan kepada kebaikan. Ini tugas vitalnya. Kalaupun ia harus berpesta, itu karena rakyat mencapai tujuan bersama, bukan sebaliknya. Pelayanan publik sebagai pesta bisa dirayakan kalau ia tidak menjadi kesempatan mengorbankan orang sederhana dan orang tak bersalah.

Tuhan, kalau memang kami pantas berpesta dalam hidup ini, kiranya itu kami buat setelah tujuan bersama dalam masyarakat kami capai. Kiranya kami tak berpesta pora sambil mengorbankan hidup masyarakat. Amin.

Copyright @ Ledalero, 2 Pebruari 2012, by Ansel Meo SVD

No comments:

Post a Comment