Wednesday, February 1, 2012

55. PERSEMBAHAN DIRI SEBAGAI JAWABAN

Kamis, 02 Pebruari 2012
Pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah

Bacaan : (Mal 3:1-4; Luk 2:22-33)


Kalau kita perhatikan sungguh-sungguh sikap orang terhadap jawaban pengabulan doa dan novena, yang paling kurang nampak dan penyampaian intensi syukur, kita sadar bahwa selalu ada perubahan sikap. Mengapa mereka mengubah sikap? Jawabannya ialah karena apa yang mereka peroleh dari pengabulan doa itu adalah sesuatu yang sangat diperlukan, didambakan dan mereka telah membuat komitmen dan korban hingga mereka mendapatkannya.

Ketika orangtua Yesus mempersembahkan Yesus ke Bait Allah, ternyata tindakan mereka memicu tindakan syukur pihak lain yang telah selama hidupnya menantikan penyelamatan dari Allah. Injil tadi bilang, "Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. [...]Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa."

Yang sebenarnya wajib mempersembahkan diri ialah tindakan orangtua Yesus. Mereka merasa harus memenuhi tuntutan peraturan hukum Taurat. Dan mereka melakukannya dengan benar sebagai jawaban mereka akan karya Allah. Tindakan mereka ini ternyata bukan tindakan tunggal, tetapi menghasilkan tindakan berantai yang sifatnya vital dan harus ada sebagai bentuk syukuran kepada Allah. Dan tindakan berantai itu ialah "mengucapkan syukur dengan mempersembahkan diri."

Pada titik ini saya sendiri sungguh kagum sekaligus termenung. Betapa sering saya alami dalam hidup uluran tangan, kebaikan, dan bantuan sebagai bentuk jawaban atas kerinduan dan kebutuhan saya. Saya menerimanya sebagai sesuatu yang otomatis, sudah rejeki saya mendapatkannya, sudah nasib saya memperoleh semuanya. Tokh itu sesuatu yang saya usahakan. Lalu kita stop di sana.

Tindakan Simeon mengajak kita untuk membuat langkah lebih maju. Terhadap semua yang kita terima, kita seyogyanya menanggapi dengan tindakan membaktikan diri, tindakan mempersembahkan diri, sebagaimana nampak dalam doa Simeon tadi.

Sebuah ajakan untuk semua agar tidak tutup mata, tutup hati dalam menyadari bahwa semua yang diterima dalam hidup itu rencana Allah. Allah menghendaki agar kita mengalaminya. Kiranya kita jawab dengan pengabdian, persembahan diri yang sempurna dalam semua jenis panggilan hidup dan panggilan karya kita.

Tuhan Yesus, persembahan diriMu kepada Allah adalah rencana dan kehendak Bapamu sendiri. Kami Kauajarkan juga untuk melanjutkan persembahan diri ini seperti halnya tindakan Simeon. Semoga kami melihatnya sebagai ajakan untuk membaktikan diri kami secara sempurna, selama hidup ini. Amin.

Copyright @ Ledalero, 01 Pebruari 2012, by Ansel Meo SVD

No comments:

Post a Comment