Tuesday, January 31, 2012

54. KETIKA MEREMEHKAN 'ORANG SEKAMPUNG"

Rabu, 01 Pebruari 2012

Bacaan : 2 Sam 24:2.9-17; Mrk 6:1-6

Baru seminggu yang lalu, usai merayakan misa di stasi Wolokoli, di paroki Bola, yang terkenal sebagai tempat penghasil periuk tanah, saya mengunjungi teman saya yang datang berlibur melihat orangtuanya. Sebagai seorang anggota legislatif di NTT, dia memiliki banyak sahabat dan keluarga yang datang melihat dan bertemu dengannya. Kami bercerita banyak, juga soal bagaimana orang di kampung ini tak berpikir menggunakan orang-orang yang berasal dari tempat ini tetapi bekerja di luar, demi memajukan wilayah ini.
Saya juga berkesan sama ketika melihat kampung halamanku. Ada banyak yang sangat berpengaruh dalam memajukan orang di wilayah lain yang berasal dari tempatku juga. Tapi sama seperti di Wolokoli, kami juga tak bisa berperan dalam pembangunan dan pengembangan masyarakat kami. Mungkinkah hal ini karena orang meremehkan orang-orang seasalnya, ataukah karena orang tak mau kemapanannya diganggu oleh niat baik yang mau membantu masyarakatnya.

Yesus dalam Injil hari ini mengalami nasib serupa. Markus melukiskan demikian, “Kemudian Yesus ... tiba di tempat asal-Nya, Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia.... dan mereka berkata: "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."

Ajaran Yesus yang keluar dari keahlian dan kebijaksanaanNya memang mengagumkan bagi banyak orang, tapi mengetahui siapa yang bersama Dia, bisa jadi itulah yang membuat mereka menolak Dia. Orang lebih suka yang lain, karena seperti saya katakan, barangkali karena mereka tak mau kemapanannya diganggu, lantaran orang-orang ini mengenal cara berpikir, mentalitas dan daya kreatif orang seasal mereka. Banyak dari kita cendrung berprasangka dan meremehkan maksud baik dari orang yang punya ide, cita-cita untuk masyarakat di mana dia berasal.

Ternyata kecendrungan meremehkan maksud baik dari kaum sebangsa ini tidak hanya dalam urusan pembangunan masyarakat tapi juga dalam urusan rohani, dalam hal pembangunan spiritual. Orang mungkin suka membanggakan bahwa orang seasalnya berpengaruh di tempat lain, tetapi mereka jangan pernah menyentuh langsung urusan dengan orang sekampungnya.

Tuhan, sama seperti terhadapMu, kami tak suka orang lain ikut campur dalam wilayah kuasa kami. Kami meremehkan niat baik mereka, padahal Engkau pernah bilang, 'orang yang tidak melawan kita sesungguhnya bersama kita." Semoga kami cukup rendah hati mengakui kekuatan yang ada di sekitar kami untuk membantu kami ke arah yang lebih baik. Amin.

Copyright@Ledalero, 31 January 2012, by Ansel Meo SVD



No comments:

Post a Comment