Saturday, November 20, 2010

07. BISAKAH KITA MEMBELANYA


Minggu, 21 Nopember 2010

HARI RAYA KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM

Bacaan : Luk 23, 35-43

Iman kita akan Kristus yang kita rayakan pestaNya sebagai Raja Semesta Alam hari ini, sesungguhnya menghadapkan kita kepada kenyataan Salib sebagai jalan pemuliaan Sang Raja.

Tentang drama penyaliban Yesus, Lukas dalam Injil yang dibacakan hari ini mencatatnya demikian, "Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Dia [...] juga prajurit-prajurit mengolok-olokan Dia [...] bahkan seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia [...], tapi yang seorang menegornya seraya membela Yesus katanya, 'orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah'. Dan ia berkata kepada Yesus, 'Yesus, ingatlah akan Aku, apabila kelak Engkau datang sebagai Raja'. Dan Yesus berkata kepadanya, 'Hari inipun engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus'."

Hari ini kita merayakan Hari Raya Kristus Raja semesta alam, satu hari raya yang sekaligus menandai pula akhir dari sebuah perjalanan bersama Sang Sabda yang kita kenal sebagai Tahun Liturgi Gereja. Dan pada kesempatan perayaan ini, kita disuguhkan drama penyaliban Yesus, yang adalah Kristus yang kita akui sebagai orang yang memberikan kita arti kehidupan, memberi arahan dalam kehidupan kita.

Tetapi apakah pengakuan kita akan Dia sebagai Raja adalah sebuah pengakuan yang tulus, yang lahir sebagai ungkapan iman sejati kepada Dia yang memberi arti bagi cara berada kita? Sungguhkah Dia ini Raja? Bagaimana mungkin para pemimpin mengejek Dia, para serdadu mengolokNya, si penjahat yang disalibkan bersama Dia menghujatNya? Bagaimana mungkin Ia ini Raja, sementara banyak orang ingin agar kenangan akan Dia hilang dari muka bumi, musnah dari kehidupan publik?

Drama seperti ini rasanya tak hanya berhenti ketika mereka menyalibkan Dia hingga wafat. Kecendrungan untuk menghilangkan kenangan akan Dia terus terjadi hingga saat ini, baik oleh mass media, kampanye yang memfitnah juga yang mengatasnamakan agama, seperti yang tengah terjadi di bumi kita Indonesia.

Berhadapan dengan semua kekerasan terhadap Dia sang Raja, ada banyak orang yang tahu dan melihat semuanya. Mereka menyaksikannya dan tak berbuat apa-apa. Mereka tahu bahwa Yesus Kristus dan segala kepentinganNya sementara dihajar, diejek, ditindas dalam segala aspek hidup, tetapi mereka bahkan mungkin kita memilih diam dan tak berbuat apa-apa.

Masih bersyukur ada seorang yang masih percaya dan bertindak untuk membelaNya. Dialah penjahat yang bertobat. Dia yang tersalib bersama Yesus, masih melihat ketidak bersalahan Yesus. Dia masih mengenali Yesus tersalib sebagai seorang Raja yang sedang memaklumkan kerajaan dan kuasa kasihNya. Dia melihat Kristus dalam diri seorang tersalib. Dan ternyata tak sia-sia imannya. "Hari ini juga engkau akan bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus", kata Yesus kepadanya menjawabi tindakan berimannya. Ia mendapat rahmat dan keselamatan yang kekal.

Dan hadiah ini diberikan oleh Kristus, Raja semesta alam, Dia yang ketika mati hanya ditemani segelintir sahabat-sahabatNya, yang tanpa kekayaan, tanpa serdadu dan alat kekuasaan. Yang Ia punyai saat itu dan tetap dimilikiNya hingga kini dan seterusnya adalah hati yang mencintai sahabat-sahabatNya sampai sehabis-habisnya. Akankah kita mengikuti Raja yang demikian?

Kiranya dengan merayakan Hari Raya ini, kita diberi rahmat dan keberanian untuk hadir dan bersaksi untuk Kristus, bahkan bisa membelaNya dan segenap kepentingan Kerajaan KasihNya. Kiranya kita tidak tinggal diam saja, tetapi berani membela Dia yang mencintai kita sampai sehabis-habisnya, dan tidak diam saat menyaksikan Yesus Tuhan kita dihina, diolok, dianiaya, dan saat NamaNya hendak dihilangkan orang dari kehidupan bermasyarakat.

Tuhan Yesus Kristus, semoga kami tak tinggal diam saja seperti banyak orang di Golgota yang melihat penyalibanMu. Beri kami kekuatan untuk berdiri dan membela kepentinganMu. Tolonglah kami Tuhan, untuk tidak pernah lagi menyangkalMu dalam kehidupan kami, AMIN.

Copyright @ Ledalero, 20 Nopember 2010, by Ansel Meo SVD




No comments:

Post a Comment