Monday, October 11, 2010

3. MENGHARGAI TANDA DALAM KESEHARIAN KITA


Senin, 11 Oktober 2010

Bacaan :

Gal. 4, 22-24.26-27.31; 5,1 dan Luk 11, 29 - 32


Seorang sahabat menulis di laman webnya sebuah pertanyaan yang diajukannya kepada Tuhan. Ia mempostingnya demikian, "Tuhan Engkau ada dimana saat negri ini dihantam Bencana, Wasior Papua luluh lantah, tsunami, gempa. Kau tahu bahwa itu ulah manusia . Engkau penguasa langit dan Bumi. Tolong Tuhan, jangan murka, kasihanilah Umatmu' ini." Di manakah Engkau ketika jerit tangis anak2 kehilangan ayah ibunya? Where is God; Dove 'e Dio. Solo Tu sei la Nostra Speranza ..."

Membacanya dengan penuh perhatian, permenungan saya membawa saya ke tempat di mana bencana terakhir terjadi, juga ke berbagai lokasi di dekatku, ketika pertanyaan yang sama seperti dia diajukan oleh mereka yang kukenal, kucintai.

Walau tak mengontak sahabatku itu, dan mengunjungi mereka yang di dekatku dengan pengalaman yang sama, pertanyaan mereka telah mengetuk hatiku. Aku bahkan mempersalahkan diriku, "Betapa mudahnya aku mengabaikan tanda yang nampak di hadapanku, yang berlalu di benakku."

Bacaan-bacaan hari ini meminta kita untuk menghargai TANDA itu. Paulus dalam bacaan pertama mengingatkan umatnya bahwa kita bukan anak-anak perhambaan tetapi anak dari ibu yang merdeka. Dan Yesus dalam bacaan Injil menolak untuk memberikan tanda agar umat pada masaNya percaya kepadaNya.

Tetapi apakah Yesus memang sungguh-sungguh menolak memberikan tanda itu agar mereka percaya? Rupanya tidak. Dengan berbicara tentang tanda Yunus, Yesus menunjukkan bahwa kematian dan kebangkitanNya adalah tanda syah perutusanNya. Juga mengisahkan tentang Ratu yang datang kepada Salomon untuk mendapatkan klarifikasi tentang kebijaksanaannya, sesungguhnya memperjelas bahwa warta dan ajaran Yesus yang mereka dengar lebih hebat dari kebijaksanaan Salomon. Yesus sedang menunjukkan Tanda Allah yang hidup yang disaksikanNya. Yesus sendiri Tanda itu.

Kita memang seyogyanya menjadi lebih peka menyaksikan tanda di sekitar kita. Ada begitu banyak tanda yang mengajar dan mengajak kita untuk bertindak baik dan bijak, mulai dari penghargaan terhadap kehidupan sampai kepada usaha untuk mempromosikan hidup. Dan tentu tanda terbesar kita temukan pada Dia yang adalah Kehidupan itu sendiri, Yesus Kristus sendiri. Kita menggunakan tandaNya, dimeteraikan dengan TandaNya, dan dipanggil dengan namaNya.

Apakah kita masih terus mempersalahkan Allah? Ataukah mulai sekarang menjadi lebih peka dan peduli akan upaya menghadirkan tanda Allah itu di tengah dunia?

Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Putra Allah, Tanda Kasih Allah bagi dunia. Kiranya kami yang menyebut diri kami dengan nama Kristen, namaMu sendiri juga menjadi tanda kasih Allah di manapun kami berada. Amin.

Copyright @ Ledalero, 11 Oktober 2010 by Ansel Meo SVD

No comments:

Post a Comment