Minggu Biasa Ke III
Bacaan : Ibr. 9,15.24-28 dan Mk. 3, 22-30

Yesus dalam Injil juga mengalami bagaimana 'para ahli Taurat' turun dari Yerusalem, dengan segenap kekuatan dan pengaruh yang ada pada mereka untuk melawan Dia dan hendak mengambil Dia. Mereka menuduh Dia dan gerakan serta semua karyaNya sebagai suatu yang tidak waras, tidak sejalan dengan semangat mereka, tidak sehaluan dengan mereka. Tuduhan yang digunakan juga tidak main-main, "Yesus kerasukan Belzebuul", satu tuduhan yang sebenarnya mengena pada apa yang menjadi inti dan perjuangan agama dalam melawan kuasa kegelapan serta setan yang menguasainya.
Tapi apa yang Yesus lakukan? Di sini kita temukan satu sikap yang terpuji dan patut dikembangkan sebagai contoh. Yesus tidak hilang dan melawan mereka. Ia memanggil mereka, semua orang yang melawanNya Ia panggil untuk mendengarkanNya dari dekat, menyaksikan karyaNya dari dekat, dan lebih dari itu memperingatkan mereka dengan keras, "Tindakanmu menghujat orang yang bekerja dengan kekuatan Allah dan daya pengaruh RohNya sama artinya dengan menghujat Allah dan Roh yang bekerja di dalamNya. Dan itu tidak terampunkan. Anda menyiapkan kebinasaan bagi dirimu, bagi karyamu dan masa depanmu sendiri."
Satu sikap yang saya yakini juga sebagai tepat. Bahwa berhadapan dengan tuduhan, fitnahan, komplotan yang dijalankan untuk melawan sebuah keberpihakan yang kita jalankan demi banyak orang, seharusnya bukan dengan menyebarkan fitnah lainnya, tetapi dengan terus bekerja dalam diam, dan membiarkan mereka yang melawan kita melihat, menilainya dan diperingatkan secara keras oleh karya itu sendiri. Yang seperti ini memang karya cinta. Kalau Tuhan di pihak kita, kenapa kita takut dan mundur.
Tuhan Yesus Kristus, memang tidak gampang memiliki keberanian dan sikap seperti Engkau. Tapi kami melihat seperti Cahaya di ujung Terowongan, bahwa amat penting juga memberikan klarifikasi dengan penuh kasih kepada yang menentang kami. Amin